Setiap akhir tahun, aku rutin menuliskan apa saja yang patut disyukuri (pencapaian) sepanjang tahun. Dan apa harapan di tahun mendatang. Semacam catatan diri sebagai pengingat agar menjadi lebih baik di tahun-tahun mendatang. Biasanya pula, aku menuliskannya di Salatiga, di rumah ibuku, karena akhir tahun adalah saatnya pulang kampung bersama anakku menikmati liburan.
Hari ini tanggal 31 Desember 2016, aku masih duduk di sofa kamarku. Memangku laptop dan termenung tanpa tahu hendak menulis apa untuk blogku. Bukan aku tak tahu apa yang patut disyukuri selama 2016, beberapa bahkan sudah aku tuliskan di catatan harian. Tentu saja aku pilih yang paling membawa pengaruh. Tetapi ketika hendak kutuangkan dalam blog, aku malah kehilangan kata-kata. Aku kehilangan semangat untuk mendokumentasikan. Yang terbersit di kepala justru, jangan-jangan itu bukan ucapan syukur tapi sekedar pamer bahwa aku sudah berhasil ini dan itu. Padahal deretan kegagalan dan kekecewaan tak kalah banyaknya. Tetapi layaknya blogger atau netizen, aku hanya mau mengabarkan yang menyenangkan saja. Supaya nampak inspiratif dan keren.
Umur tidak menipu. Aku sadar diri sebagai generasi yang menua. Gegap gempita, hura-hura semakin jauh dari kepala. Begitu pun ketika menilik ke belakang. Sepanjang tahun 2016 kehidupanku ternyata tidak luar biasa. Masih jauh dari perempuan inspiratif apalagi perempuan yang membuat perubahan. Interview media, percakapan social media, dan penghargaan seringkali menyamarkan jejak sesungguhnya. Aku pun terjebak dalam euforianya. Padahal apalah aku ini. Masih banyak yang belum (tidak) aku lakukan daripada yang sudah dikerjakan. Di luar sana, banyak perempuan yang karyanya jauh lebih hebat dan luar biasa.
Pagi ini aku bangun jam 4 pagi, nonton marathon deretan drama romantis picisan – opera sabun- ala channel DIVA sambil meringkuk di sofa. Sungguh hiburan berkelas menyambut pergantian tahun. Bagaimana mau menjadi perempuan inspiratif, la wong tontonannya drama, hahaha. Buku-buku yang disuka pun novel picisan beruraian airmata dengan ending hidup bahagia selamanya. See?
Walaupun begitu, bukan berarti aku tidak mensyukuri apa yang sudah terjadi selama 2016. Justru pagi ini, aku merasa sangat bersyukur menjadi perempuan biasa. Menjalani kehidupan dengan sedikit privilege, beberapa kali masih dilecehkan karena penampilanku yang sangat biasa. Kegagalan demi kegagalan yang aku terima. Pencapaian yang tidak maksimal atas kerja yang menurutku sudah sangat keras. Penolakan demi penolakan atau obrolan manis yang ternyata hanya untuk memanfaatku saja. Serta hal-hal lain yang menguras airmata. Sungguh aku sangat berterima kasih atas semua itu.
Tentu saja, banyak hal yang membahagiakan juga terjadi di tahun 2016. Kalau dituliskan, tak pernah cukup huruf, kata dan kalimat yang bisa menampungnya. Hanya satu kata yang bisa aku tuliskan untuk menggambarkan semuanya: beruntung! Iya aku manusia yang sangat beruntung. Dengan segala keterbatasan, aku mendapatkan banyak kebahagiaan, kesenangan dan rejeki. Dengan segala keterbatasan, aku mendapat kekecewaan, kegagalan dan sakit hati. Aku bersyukur menjadi manusia biasa.
Selanjutnya, aku akan menyambut tahun 2017 seperti biasanya. Bekerja dengan giat, mengasuh anak dengan (semoga) benar, dan (semoga) selalu di jalanNYA. Tidak ada harapan spesifik. Tidak ada tujuan yang muluk. Jalani saja sebagai manusia dan sebagai ibu yang bertanggung jawab. Semoga bisa berkarya lebih baik dan tidak banyak merepotkan orang lain.
Kaimun Jaya, 31 Desember 2016.