Ketika kita melihat dunia hanya melalui jendela batin, 

Ketika batin kita ramai, dunia juga terasa ramai.

Dan ketika batin kita penuh kedamaian,

dunia pun terasa damai.

Memahami batin kita, sama pentingnya dengan mengubah dunia.

——————————————————————————  Haemin Sunim

 

Di tahun pandemi, ketika hampir semua aktivitas pindah ke gawai dari urusan kerja, sekolah anak, belanja kebutuhan rumah dan mencari tukang memperbaiki pompa air semua tumplek blek jadi satu dalam alat di genggaman. Gawai pun semakin susah lepas dari tangan. Dan rasanya selalu kehabisan waktu. Malam kehabisan energi, pagi dibangunkan dengan tumpukan to do list memenuhi pikiran. Kehidupan hanya berputar di kamar, dapur, dan gawai karena hampir tidak punya waktu bahkan untuk menyambangi lantai dua di rumah.

Apakah dunia terasa lebih sibuk karena pandemi? Padahal di kala pandemi, aktivitas berkurang banyak karena tidak bepergian, semua kegiatan terpusat di rumah. Kita terhindar kemacetan di jalan, tidak kehabisan waktu karena pindah rapat dari kafe ke mal. Tidak perlu berkejaran dengan waktu menjemput anak sekolah. Seharusnya justru banyak waktu luang, tetapi kenapa lebih terasa tidak punya waktu luang?

Membaca buku The Things You Can See Only When You Slow Down, karya Haemin Sunim membawa kepada kesadaran diri. Seperti petikan tulisan di atas, batin kita yang membuat dunia ikut sibuk. Padahal pergilah sejenak keluar. Lihat sekitar. Semua terasa hening. Tidak ada orang yang bergegas pergi pagi-pagi menuju ke kantor dan mobil semakin berkurang yang berlalu lalang. Mendadak pagi terasa berjalan lambat. Tidak perlu tunggang langgang ke kamar mandi karena kesiangan atau berebut kereta menuju tempat kerja. Mau kerja, tinggal geser beberapa meter dari kasur ke meja kursi kerja. Tidak perlu mandi pagi, cukup pakai aplikasi zoom yang menyulap wajah kita menjadi bergincu dan alis yang paripurna.

 

Tinggalkan Balasan