Perjalanan panjang diawali oleh satu langkah, dan setiap perjalanan memberikan pembelajaran untuk menghargai diri sendiri sekaligus rendah hati
Tanggal 12 sampai 14 Desember saya dapat kesempatan untuk jalan-jalan ke Manado dari AirAsiaGo Indonesia dalam program Telusur Nusantara. Kali ini temanya #SulawesiKita. Tahun lalu programnya ke Bali, tahun ini saya satu tim dengan Motulz sebagai social traveller diberi kesempatan menyelusuri kota Manado dan sekitarnya. Ini kunjungan pertama saya ke Manado sehingga semangat banget untuk mengulik Manado dan keindahannya. Setiap ke Manado orang selalu menyarankan untuk ke Bunaken atau pasar Tomohon, tapi kali ini kami ingin mencoba yang lain. AirAsiaGo Indonesia menantang kami untuk menemukan tempat-tempat menarik di Manado dan belum banyak dibicarakan.
Berbekal info dari twitter, saya dan Motulz berangkat ke Manado tanpa agenda tujuan yang jelas. Benar-benar perjalanan yang random. Diawali dari Swiss Belhotel tempat kami menginap, sebuah hotel yang nyaman dan berada di tengah kota sehingga mudah akses kemana-mana. Setelah meletakkan tas dan perbekalan di hotel kami berjalan kaki menyusuri kota.
Dalam perjalanan menemukan berbagai tempat yang menarik dan warung kopi buat nongkrong dan menikmati bubur Manado atau di sana disebut Tinotuan.
Tugu perang dunia ke-2 bisa ditemukan di tengah kota Manado, satu kompleks dengan gereja Sentrum Manado
Lelah berjalan-jalan kami pun mampir di Koffie Huiz, di sini bisa menikmati Tinotuan dan Es Kopi serta berbagai makanan Manado. Saya memilih Tinotuan, Motulz lebih memilih makan nasi dan berbagai masakan Manado yang terkenal dengan pedas dan seger.
Setelah lelah berkeliling kota dengan jalan kaki, kami kembali ke hotel bertukar baju kemudian melanjutkan jalan-jalan yang lebih jauh kali ini dengan menggunakan taksi.
Salah satu tempat yang pengin saya kunjungi adalah Jalan Roda atau orang Manado menyebutnya “Jarod.” deretan warung kopi tempat nongkrong orang-orang untuk sekedar melepas lelah sambil ngopi. Karena biasanya mereka sudah kenyang, tetapi tetap ingin ngopi dan ngemil maka mereka pesan kopi setengah porsi. Sampai sekarang terkenal dengan “kopi setengah di Jarod.” Kenapa disebut Jalan Roda karena dulunya merupakan tempat persinggahan pedagang dari berbagai daerah dan pegunungan yang turun membawa dagangannya menggunakan gerobak beroda.
Perjalanan masih terus berlanjut, dan lagi-lagi kami tidak merencanakan akan ke mana, tetapi lebih mengikuti informasi yang ada dan mencoba mencari lokasinya walau dengan informasi yang minim. Kami pun mencoba menjelajahi kota Bitung, sebuah kota di Minahasa Utara kurang lebih 1-2 jam dari Manado.
Setelah berputar-putar di Bitung, akhirnya kami memutuskan untuk naik kapal mengelilingi selat Lembeh dari pelabuhan umum yaitu pelabuhan Ruko.
Sebelum mengakhiri perjalanan di Manado, kami sempatkan mampir ke Patung Jesus Memberkati di kompleks perumahan Ciputra Manado. Menjelang Natal banyak pengunjung datang dan berfoto dengan latar patung Jesus.
Akhirnya kami pun harus kembali ke Jakarta lagi. Perjalanan random terkadang lebih menyenangkan, banyak kejutan. Tetapi untuk melakukan perjalanan random harus siap dengan segala hal dan tidak perlu berharap banyak. Lakukan dengan senang hati dan bertemu dengan orang-orang di setiap lokasi untuk ngobrol akan memperkaya perjalanan.
Akhirnya terimakasih AirAsiaGo Indonesia dengan program #TelusurNusantara nya memberikan pengalaman yang luar biasa. Banyak cerita dan pengalaman baru dan yang lebih penting lagi Indonesia punya banyak tempat yang luar biasa dan tidak kalah dengan luar negeri. Makin cinta deh sama Indonesia!
kak, itu yg muda mudi eksis namanya siapa? #eh
Waaah … kalo yg muda-mudi itu jatahnya kak Anto Motulz hahaaa…