Kemaren aku mengikuti kelas Akademi Berbagi (Akber) di Jakarta yaitu tentang review hal-hal yang sudah terjadi di negeri ini terutama di bidang ekonomi, teknologi, media serta manusia. Apa hal-hal penting yang terjadi selama tahun 2015 dan bagaimana menyambut 2016 supaya tetap optimis dan menjadi lebih baik. Materinya sangat menarik dan membuka pikiranku banget. Untung aku duduk di depan dan mengikuti dengan seksama. Aku belajar banyak hal.
Tentang Ekspor Raw Material
Pagi ini buka-buka blog teman-teman, dan nancep di blog Simbok Venus yang lagi membahas tentang pelarangan ekspor raw material mineral tambang. Jadi nyambung banget dengan materi kelas Akber kemaren.
Pembicara di bagian ekonomi, Bang Poltak Hotradero memaparkan negara China, pengimpor raw material terbesar, sedang berusaha menahan diri dan mengurangi kebutuhannya untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri. Kenapa begitu? Ceritanya panjang dan harusnya kalian ikut kelas Akber hahaa… Tapi intinya, jika Cina “pemakan” raw material terbesar akan diet, bagaimana nasib raw material yang kita ekspor? Siapa yang akan membeli?
Peraturan Pembangunan Smelter untuk Menambah Nilai
Jadi masuk akal banget sih, kenapa pemerintah membuat aturan pelarangan ekspor raw material. Selain pasarnya semakin lama akan semakin kecil, pemberian nilai tambah atas hasil sumber daya alam dan mineral akan memberikan pertambahan lapangan kerja baru, investasi baru dan menggerakkan berbagai pembangunan termasuk infrastruktur, pabrik dan layanan transportasi baru.
Memang sih, membangun smelter tidak serta merta jadi. Butuh banyak persiapan baik segi modal, tenaga ahli. lokasi dan lain sebagainya. Butuh banyak pengorbanan (baca : CNNIndonesia ). Tetapi lagi-lagi kita harus realistis, semua perubahan besar untuk memperbaiki masa depan perlu waktu dan persiapan.
Kalau tidak dimulai dari sekarang, kapan lagi? Masak kita akan terus menerus jadi tukang ekspor raw material alias bahan mentah sumber daya dan mineral sampai habis dan tidak ada sisa yang bisa ditinggalkan untuk anak cucu?
Ayo, Dukung!
Kalau pemerintah bisa memberikan nilai tambah atas kekayaan alam, kenapa tidak didukung? Sudah cukuplah kita terbuai dengan kekayaan alam melimpah, tongkat kayu jadi tanaman alias tanpa berbuat apa-apa kita akan makmur sejahtera. Sudah cukup lama kita di-ninabobok-an dengan semua jargon itu.
Kekayaan alam dan sumber daya mineral ada batasnya. Tugas manusia mengolah dengan bijaksana, supaya bisa memberikan kemakmuran sebesar-besarnya bagi rakyat Indonesia, bukan segelintir pengusaha.
Pembangunan smelter akan menciptakan 2,5% lapangan kerja baru. Dengan kapasitas smelter sekitar 9 juta per tahun, diperkirakan akan menyerap 9.000 tenaga kerja terampil. Pemerintah Indonesia juga memperkirakan investasi smelter akan memberikan nilai tambah sekitar US$275 miliar dibandingkan ekspor raw material. Di samping itu, banyak nilai tambah tidak langsung lainnya akan tercipta.
Pro-kontra soal pembangunan smelter akan selalu ada. Tinggal kita mau berkorban untuk masa depan lebih sejahtera dengan lebih banyak rakyat Indonesia yang menikmatinya, atau dihambur-hamburkan saja semuanya sekarang walau yang menikmati sedikit orang. Pilihan ada di tangan kita, wahai para manusia Indonesia! Harta kekayaan negeri sebanyak apapun akan habis seketika jika mengikuti ketamakan manusia.
Klw gt knp tambang emas kita di kelola oleh bangsa lain
Siapa pnjual nya,
Knp minyk bumi kita di ambil org lain sdngkan kita bisa mngolah nya sendiri dan mnjual kpd mreka bukan berbagi persen
Knp pabrik kertas ada di negara kita dan pemilik nya org bngsa lain juga?
mngkin bahasa saya ini tidak bagus tapi ini hnya kritikan kcil