“Orang sukses adalah bukan orang yang paling kuat, tetapi yang paling bisa beradaptasi dengan perubahan.“
Kalimat di atas berlaku juga buat perusahaan. Semua menyadari dan mengamini bahwa dunia sudah berubah akibat teknologi. Siapa menyangka kalau ojek bisa menyelesaikan banyak masalah di ibukota, dari macet, pembantu gak masak, pindahan gak punya mobil hingga ngirim bekal sekolah anak yang ketinggalan?
Itu baru masalah transportasi. Belum lagi soal transaksi keuangan, belanja, hingga mencari pegawai baru. Pelan-pelan semua beralih ke teknologi dalam genggaman alias smartphone.
Perusahaan Besar Tak Luput dari Arus Perubahan
Perusahaan besar pun mau tidak mau harus menyesuaikan. Bukan berarti sudah untung besar dengan pasar yang mapan bisa leha-leha menikmati tanpa berpikir bagaimana harus beradaptasi.
Semakin besar perusahaan semakin besar tantangan perubahannya. Begitu pun yang terjadi di Indocement, perusahaan semen terbesar di negeri ini.
Beberapa hari lalu, saya berkesempatan ikut melihat salah satu pabrik yang paling besar dan paling modern milik Indocement di Citeureup, Bogor, yaitu Plant 14. Sebuah pabrik yang semuanya sudah komputerisasi, alias menggunakan teknologi modern.
Ruang pertama yang kami kunjungi adalah control room, di mana kendali operasi ada di ruang tersebut.
Apa yang Menarik dari Plant 14?
Sebuah pabrik kekinian yang hampir semua terintegrasi dengan teknologi, dari proses pengolahan awal hingga pengepakan sehingga liebih efisien dan ramah lingkungan. Dalam satu hari bisa menghasilkan 10 ton klinker atau 4,4 juta ton semen per tahun.
Dan didukung oleh laboratorium quality control dengan teknologi robotik modern, Plant 14 ini memiliki sistem pengantongan semen terbesar di dunia dengan 5 lini fasilitas otomatis penuh. Total kapasitasnya 9.000 palet per hari dan 360.000 kantong per hari.
Bukan hanya pabrik yang modern, mereka juga melakukan pengolahan limbah B3 dan non B3 menjadi bahan bakar alternatif yang bisa digunakan untuk semua pabrik di Indocement. Limbahnya sendiri berasal dari berbagai tempat, bukan hanya dari Indocement tetapi juga pihak ketiga maupun limbah dari desa mitra.
Indocement dan Perubahan yang Tak Bisa Dihindari
Indocement sebagai pabrik semen terbesar percaya dan meyakini perubahan harus terjadi. Penggunaan teknologi dengan sistem terintegrasi, mampu meningkatkan efisiensi serta meningkatkan kapasitas produksi. Sehingga bukan hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga pasar di luar negeri.
Tentu saja semuanya harus ramah lingkungan.
Usaha Indocement untuk Memelihara Lingkungan
Sebagai perusahaan modern, Indocement juga melakukan proyek percontohan pengelolaan sampah rumah tangga menjadi bahan bakar alternatif dengan menggunakan sistem Bio-drying–sebuah sistem pengolahan sampah dengan metode co-processing.
Metode yang digunakan adalah pengeringan dengan fermentasi mikroorganisme dari sampah kota yang mengandung komposisi material yang mudah diuraikan oleh metode dekomposisi dengan ketersediaan oksigen yang cukup (aerobic).
Keunggulan dari bio-drying adalah meminimalisasi pencemaran udara serta menekan perkembangbiakan lalat. Output yang dihasilkan dari bio-drying ini disebut dengan Refused Derived Fuel (RDF) yang akan digunakan sebagai bahan bakar alternatif pabrik di Indocement. Dari 220 ton sampah yang diolah, RDF yang dihasilkan dalam satu kali proses sebesar 110 ton.
Modern dan ramah lingkungan menjadi kata kunci industri saat ini. Bukan hanya efisiensi, tetapi juga menjaga keberlangsungan ekosistem lingkungan dengan baik adalah keharusan.
Adaptasi dengan perubahan secara terus menerus tanpa melupakan eksistensi lingkungan merupakan kunci keberhasilan bisnis dalam jangka panjang.
Pertanyaannya, mudahkah melakukan adaptasi? Silakan tanyakan langsung pada Indocement, bagaimana mereka beradaptasi sehingga tetap menjadi perusahaan semen terbesar di negeri ini hingga kini.
kamu jagoan, mbak. perutku melilit pas nyoba naik tangga pertama menuju puncak preheater. hahahaha
Hahaaa…mergo pengin foto ae Mbook! Dadi wani menek-menek