“Anak adalah guru kehidupan untuk orang tuanya”

gambar dari www.rinso.co.id

Pelajaran apa yang paling berharga yang pernah kalian dapatkan sepanjang hidup ini? Kalau saya menjadi Ibu atau orang tua adalah pelajaran paling berharga. Menjadi Ibu atau orang tua tidak ada sekolahnya dan tidak ada ilmu yang paling benar. Masing-masing mempunyai ukuran “kesuksesan” -nya karena setiap anak adalah unik.

Awal-awal menjadi Ibu, saya sempat stress dan tegang karena takut salah atau takut anak berbuat salah sehingga justru menjadikan kondisi semakin tidak nyaman. Tuntutan untuk menjadi orang tua yang terbaik justru membuat anak semakin tertekan dan takut dengan orang tuanya. Padahal di masa sekarang tidak bisa lagi menggunakan cara-cara dulu ketika saya dibesarkan dimana orang tua sangat disegani dan cenderung ditakuti sehingga hubungan menjadi berjarak.

Seiring dengan berjalannya waktu, saya semakin menyadari bahwa bukan anak yang belajar dari orang tua, tetapi orang tua yang belajar dari anak karena jaman tidak pernah berjalan mundur. Seperti kata Kahlil Gibran, mustahil membawa anak ke masa orang tuanya, yang ada adalah orang tua yang mengikuti masa anaknya. Wajar jika anak berbuat salah dan wajar juga kog jika orang tua melakukan kesalahan. Meminta maaf bukan berarti menjadikan orang tua tidak lagi dihormati, tetapi justru mengajarkan kepada anak untuk berjiwa besar.

Setiap orang tua mempunyai caranya sendiri dalam mengasuh dan membesarkan anak. Pasti banyak cerita yang menarik dan menyentuh yang bisa dijadikan pelajaran untuk orang tua yang lain. Adakah yang mau berbagi cerita tentang pengalamannya mengasuh anak dengan segala suka dukanya? Beruntung ada buku Cerita di Balik Noda yang ditulis oleh penulis beken Fira Basuki. Buku ini ditulis Fira Basuki berdasarkan kisah nyata para ibu. Ada 42 kisah yang sangat inspiratif dan memberikan banyak pembelajaran, diantaranya berjudul : Bos Galak, Di Antara Sampah, Dua Malaikat, Tulisan di Kain Sprei dan masih banyak lagi.

Cerita yang berjudul “Sarung Ayah” mengisahkan bagaimana seorang anak justru lebih tegar dan menguatkan Ibunya untuk bangkit setelah kematian ayahnya. Ada lagi cerita yang berjudul “Hidup Baru Danu” yang mengisahkan bagaimana mengasuh anak yang kehilangan orang tuanya. Ketika ayahnya meninggal dan Ibunya harus bekerja di luar kota sehingga anak-anak harus dititipkan ke saudaranya. Saudara yang mengasuh pun tidak bisa dengan mudah mengubah kebiasaan mereka dengan almarhum ayahnya, dan harus menarik mereka dari masa lalunya dan membawa kepada kehidupan baru. Saya pun membayangkan di posisi Ibu tersebut, dan tidak tahu harus bagaimana. Dengan membaca kisah-kisah mereka, saya jadi punya perspektif yang berbeda dalam melihat seorang anak, dan beberapa pengalaman mereka bisa saya jadikan referensi untuk mengasuh anak.

Beberapa kali keharuan menyeruak dan tanpa sadar saya meneteskan airmata ketika membaca cerita demi cerita dari buku Cerita di Balik Noda. Saya mendapatkan banyak pelajaran yang berguna sebagai orang tua. Terkadang apa yang terjadi pada orang lain bisa menjadi cermin untuk diri sendiri. Tidak ada teori yang hebat untuk menjadi orang tua, tetapi setiap orang tua adalah yang terbaik untuk anak-anaknya.

Buku Cerita di Balik Noda adalah salah satu buku wajib untuk para orang tua. Bukan buku yang menggurui apalagi menyalahkan, tetapi buku yang dibuat berdasarkan kisah nyata dari para orang tua. Penting bagi kita untuk bisa memahami anak-anak, dan melalui buku ini sedikit banyak kita bisa belajar dan memetik hikmahnya.

 

6 Replies to “Belajar dari Anak”

  1. Mbak ai, aku setuju sekali bahwa jaman sekarang ini bukan masanya lagi mendidik anak dengan cara diktator. Aku dan ibu contohnya. Ibuku orang yang sangat terbuka, asyik dan demokratis dalam membesarkanku dan mendidik aku. Jadinya sampai umur 23 tahun ini aku justru merasa nyaman curhat dengan ibu mulai dari masalah pekerjaan, teman, bahkan asmara lho.. Hehehe :p . Dibesarkan dengan cara demokratis tidak berarti aku semau-maunya bertindak sesuatu. Justru aku menjadi berpikir 2x saat akan melakukan sesuatu yang negatif krn selalu teringat ibu dan ayahku. Wah, sepertinya wajib membaca buku “cerita dibalik noda” ini deh..cocok juga sepertinya sebagai kado untuk ibuku :D

  2. hmmm jadi teringat waktu alm. mama meninggalkan kita semua, melihat bapak banyak tantangannya menjadi single parents pada saat itu. Memasukkan beberapa catatan dalam hati untuk berbuat yg lebih baik jika suatu saat aku menjadi orang tua ^^

  3. Mbak Ai,

    Saya masih calon Ibu.
    Sebagai anak saya sepakat dengan apa kata Mbak Ai. Bahwa Anak adalah guru kehidupan bagi orang tuanya.

    Saya sering berselisih dengan Ibu saya, dan kalau dipikir-pikir lagi karakter Ibu setengahnya tumplek di saya (selain muka yg mirip). Diusia saya yang dua puluh enam ini, saya sering manggut-manggut dan bilang Oooo (mbulet) membenarkan apa kata-kata Ibu ke saya kalau lagi di ceramahin.

    Sejauh-jauhnya saya pergi dari sisi Ibu, saya masih percaya bahwa air liur Ibu adalah obat mujarab yg enggak akan dijual di apotik. (Sewaktu kecil sering banget jatoh kalau lagi jalan, sama Ibu suka dijilat aja lukanya. Dan sembuhnya cepet)

    Hehehe…

  4. Artikel menarik dari ibu yang menarik,

    Pada dasarnya siapapun adalah guru kita, apalagi keluarga terdekat. Dan ketika kita belajar, pasti mengalami kesalahan.

    yang pernah menjadi tagline Rinso, aku pikir memang itu istilah yang tepat ketika menjalani kehidupan, ada hilaf & salah. Dan dari noda-noda tersebut kita mengerti bagaiman membersihkannya, bagaimana untuk tumbuh dan terus belajar dimanapun dan dari siapapun

    Setiap kesalahan seharusnya masih mungkin dihapuskan dan menjadikan kita jauh lebih baik, namun jgn pernah membiarkan noda tetap ada didalam diri karena kita tidak bisa menghapusnya.

    Dan pada ujung cerita kehidupan, yang paling banyak menghasilkan noda bukan berarti kalah namun pemenangnya adalah yang paling banyak dapat menghapus noda dlm diri.

    Salam Optimis.

  5. Artikel menarik dari ibu yang menarik,

    Pada dasarnya siapapun adalah guru kita, apalagi keluarga terdekat. Dan ketika kita belajar, pasti mengalami kesalahan. Gak ada noda gak belajar yang pernah menjadi tagline Rinso, aku pikir memang itu istilah yang tepat ketika menjalani kehidupan, ada hilaf & salah. Dan dari noda-noda tersebut kita mengerti bagaiman membersihkannya, bagaimana untuk tumbuh dan terus belajar dimanapun dan dari siapapun
    Setiap kesalahan seharusnya masih mungkin dihapuskan dan menjadikan kita jauh lebih baik, namun jgn pernah membiarkan noda tetap ada didalam diri karena kita tidak bisa menghapusnya.

    Dan pada ujung cerita kehidupan, yang paling banyak menghasilkan noda bukan berarti kalah namun pemenangnya adalah yang paling banyak dapat menghapus noda dlm diri.

    Salam Optimis.

  6. Mbak Ai,
    Saya selalu tertarik dengan cerita dari Ibu. Sebagai seorang anak, saya merasa bahwa Ibu itu sosok yang sangat luar biasa. Pernah suatu saat saya bertengkar dengan ibu saya, beberapa hari kemudian saya ulang tahun dan Ibu memberi saya kado. Dalam sematan suratnya tertulis “Mbak, jangan sekecap sama sekecap dengan orang tua, nanti kamu juga ngerasain gimana rasanya jadi ibu.” Ada suatu pelajaran penting disitu, tentang hormat kepada orang tua, dan nantinya saya pun akan merasakan menjadi orang tua juga. Sebagai seorang anak pun saya juga berusaha untuk belajar menjadi seorang ibu (nantinya).

Tinggalkan Balasan