Tujuan yang baik dilakukan dengan cara yang salah jadinya tetap tidak baik. Tujuan baik, harus dilakukan dengan cara yang benar supaya hasilnya juga baik.
Seringkali saya mendengar bahwa tujuan baik sudah cukup, toh yang penting niatnya. Padahal kalau caranya salah, bisa jadi bukan hanya tujuan baik tidak tercapai tetapi malah bikin rusak yang sudah baik.
Apakah mungkin? Mungkin saja. Misalnya perusahaan pertambangan. Tujuannya adalah mengelola hasil tambang supaya bisa dimanfaatkan untuk banyak orang dan membawa keuntungan sehingga banyak orang tersejahterakan. Tetapi ketika cara pengolahannya tidak benar, misalnya merusak lingkungan. Yang ada kerugiannya semakin besar bahkan mungkin mengalahkan keuntungan yang diperoleh secara jangka panjang.
Berbisnis bukan sekedar mencari keuntungan sebesar-besarnya. Tetapi bagaiman bisnis bisa menghidupi orang banyak sekaligus menjaga keberlangsungan lingkungan dan pemberdayaan sekitar. Bagaimana pun sebuah bisnis bisa berlangsung karena dukungan banyak pihak. Saya selalu ingat pesan almarhum Bapak, “Kesuksesan yang kita bangun selalu ada banyak pihak yang terlibat. Jangan serakah dan berbagilah.”
Keputusan pemerintah mewajibkan pembangunan smelter juga demi menjaga keberlangsung bisnis itu sendiri sekaligus memberi nilai manfaat yang lebih besar untuk masyarakat. Sesungguh kebijakan smelter untuk pertambangan termasuk terlambat, tetapi masih lebih bagus daripada tidak sama sekali. Dengan pembangunan smelter, industri pertambangan akan memberikan nilai tambah bagi perkembangan ekonomi bangsa ini. Kalau dulu hanya mengekspor bahan mentah, dengan adanya smelter akan memberi nilai tambah produk migas serta memberikan kesempatan kerja yang lebih banyak. Seperti yang saya tuliskan di sini dan di sini.
Dalam urusan pertambangan dan smelter, ketegasan pemerintah sangat diperlukan. Kompromi untuk hal-hal yang mempunyai dampak signifikan atas kemaslahatan umat hanya akan melahirkan kerugian yang lebih besar dan berjangka panjang.
Negara memang harus menjamin kepastian bagi para pengusaha dan investor. Terutama mengenai penegakan hukum dan peraturan yang ada. Tetapi kepentingan untuk menjaga investor bukan berarti harus kompromi atas aturan. Masih banyak perusahaan tambang yang berniat tulus membantu industri pertambangan dalam negeri yang berkelanjutan dan memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan.
Kondisi lingkungan sudah memprihatinkan. Berbagai bencana akibat rusaknya lingkungan merupakan “warning keras” bahwa apapun industrinya jangan sampai mengorbankan (lagi) lingkungannya. Apa jadinya hidup anak cucu kelak, kalau kita hanya bisa menguras tanpa bisa menjaga. Uang menjadi tidak berguna ketika air semakin susah didapat dan udara penuh dengan asap.
One Reply to “bicara tambang, bagaimana nasibmu kini”