Tau kan Sinar? Seorang anak perempuan SD harus mencari makan, memasak, menjaga dan merawat ibunya yang lumpuh tidak bisa apa-apa di sebuah desa terpencil yang jauh dari tetangga. Dengan rumah yang sangat memprihatinkan. Tidak ada meja kursi ataupun kasur. Hanya tikar dan buntelan-buntelan entah apa isinya, dia menghabiskan harinya bersama ibunya yang ditinggal begitu saja oleh Bapaknya.

Sinar seorang anak yang belum paham kehidupan tiba-tiba harus dilimpahi tanggung jawab yang demikian besar, tanpa ada pilihan lain. Orang tua dalam hal ini Bapaknya yang seharusnya bertanggung jawab pergi entah kemana. Tidak nampak wajah muram ataupun keluh kesah, bahkan lebih sering nampak deretan gigi putih karena senyum malunya sering merekah.

Sinar menjalankan harinya tanpa beban, dengan masih mengenakan baju seragamnya dia menghidupkan kayu bakar yang digunakan untuk merebus air, memasak makanan seadanya. Bisa masak? Entahlah gimana rasanya, tetapi pasti selalu nikmat dirasa ibunya. Dia menyeret ibunya, karena tidak kuat menggendong untuk dibantu buang air.Masih dengan senyuman dia menyuapi ibunya seakan apa yang dia lakukan adalah sudah seharusnya. Diantara rutinitas di rumah, dia tetap ke sekolah setiap hari, yang ditempuh dengan jalan kaki kurang lebih 45 menit lagi-lagi tanpa mengeluh.

Ketika salah satu artis tersentuh dan mengunjungi Sinar sambil membawakan hadiah, maka disorotlah semua kehidupan Sinar yang aku yakin menggetarkan semua hati yang melihatnya. Betapa bahagianya Sinar mendapat hadiah baju, boneka dan tas. Tetapi lagi-lagi selalu ada yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan orang lain. hadiah-hadiah yang diperoleh dari sang artis dicuri orang. Astagfirullah. Tak bisa ku berkata-kata….

Dalam kepalaku, Sinar adalah gambar kecil dari suatu bangsa yang namanya Indonesia. Rakyatnya ditinggal oleh pemerintahannya untuk tetap bertahan hidup apapun keadaannya, tanpa dibantu justru beberapa kali malah dirusuhi. Begitulah bangsaku, dan aku selalu kagum dengan ketahanan bangsa ini. Badai apapun tidak pernah membuat menyerah, terus berjuang menggapai kesempatan walau kadang dengan cara yang curang.
Maka seringkali terlintas di kepalaku, jangan-jangan kita memang tidak perlu pemerintah ya? Bukan membantu malah nyusahin.

Dan Sinar, aku tahu kamu perempuan tangguh yang Tuhan turunkan untuk menggampar muka-muka manusia yang sudah bebal dan kebal dengan segala macam teguran.

Kalau kita mau melihat bangsa ini dalam lingkup yang lebih kecil : lihatlah Sinar!
Kalau kita mau melihat seberapa besar dosa bangsa ini, lihatlah Sinar! Dan kalau hati kita tidak tertampar, Tuhan pun sepertinya sudah menyerah.

3 Replies to “Lihatlah Sinar”

Tinggalkan Balasan