Saya menuliskan ini dengan kesadaran penuh, dan betul judul di atas tidak salah. Jokowi tidak hebat.
Jokowi tidak hebat.
Iya hanya menjalankan tugas sesuai sumpah jabatannya, mengerjakan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya, melayani rakyatnya memastikan proyek-proyek berjalan sebagaimana mestinya. Begitu kan seharusnya Gubernur bekerja?
Jokow tidak hebat.
Ketika dalam sebuah acara, Jokowi mempresentasikan pekerjaannya dihadapan para menteri dan tokoh masyarakat Jakarta ,kebetulan saya juga datang dan menyaksikan langsung, tentang program-program DKI yang sedang berjalan. Salah satu bagiannya adalah tentang slum area (wilayah kumuh). Ada 9.000 lebih titik slum area di DKI, dan ketika memaparkan hal itu, suara Jokowi bergetar hampir menangis, “Anda gak usah jauh-jauh dari Sudirman Thamrin, jalan saja ke utara sedikit, ke Penjaringan. Kayak bumi dan langit. Ada rumah berukuran 3x 4 meter dihuni 8 orang. Bayangkan bagaimana mereka hidupnya, ada anak orangtua, remaja numplek jadi satu. Kalau anda melihat langsung dan tidak menangis, anda kebangetan! Saya memang memprioritaskan pembenahan slum area, karena di situ ada ribuan nyawa manusia yang hidupnya jauh dari layak sebagai manusia” Getaran suaranya membuat semua terdiam dan hening beberapa saat. Jokowi nyaris menangis, dia manusia biasa.
Jokowi tidak hebat.
Saya punya kesempatan bertemu langsung dengan Jokowi 3 kali, dalam 2 pertemuan tidak ada wartawan dan itu sebuah acara biasa saja. Jokowi datang tepat waktu seperti yang disampaikan. Acara itu hanya acara komunitas, kecil dan gak ada wartawan atau media yang meliput. Jokowi tiba sesuai seperti yang dijanjikan, tidak terlambat. Begitu datang, Jokowi duduk lesehan di sebelah saya, ketika diminta ke depan, dia bilang, “Sudah-sudah saya di sini saja. Itu dengarkan tuan rumah mau bicara.” Kemudian Jokowi ikut duduk bersama kami lesehan di bawah mendengarkan yang sedang bicara di depan. Usai bicara Jokowi tidak langsung pergi, tapi ikut duduk mengikuti acara hingga selesai. Memang sudah seharusnya kita datang tepat waktu, menghormati tuan rumah, tidak sibuk sendiri ketika ada yang bicara di depan, bukan?
Jokowi tidak hebat.
“Pak, saya mau foto bareng, boleh?” begitu permintaan saya usai acara. Jokowi langsung jawab dengan ramah, “Ayo silakan-silakan, mbak siapa namanya?”. Jokowi menyalami saya sambil menatap langsung ke mata saya. Saya pernah bekerja dengan orang penting di negeri ini, bertemu dengan pejabat, tokoh masyarakat juga artis dan seringkali pengin foto bareng. Hampir jarang kalau tidak bisa dikatakan tidak pernah, saya ditanya namanya sebelum foto bareng. Hal kecil, tetapi saya bangga luar biasa ditanya namanya. Selesai acara saya tercenung, bukankah kalau kita bersapaan apalagi foto bareng lazimnya menanyakan nama bukan? Apa hebatnya ditanya nama? Tapi ini Gubernur DKI yang bertanya.
Jokowi tidak hebat.
Kita sudah terlalu lama melihat bagaimana pejabat ( penguasa) sebagai sebuah simbol dan seremonial belaka. Mereka adalah orang-orang istimewa yang harus dihormati, dilayani dinomorsatukan. Datang paling belakang, atau datang hanya saat waktunya bicara dan langsung pergi tanpa mendengarkan pembicara lainnya. Kita terbiasa dengan pejabat (penguasa) yang kita tidak tahu pekerjaannya apa, kita terima saja dengan apatis sambil bilang, “Ya pejabat emang kayak gitu.” Sebuah permakluman yang menahun sehingga dianggap wajar atau seharusnya memang begitu.
Kita sudah terlalu lama tidak melihat pejabat (penguasa) bekerja nyata serta bisa kita rasakan. Mereka hanya melihat dari laporan para bawahannya tidak terjun langsung ke lapangan. Kita hampir jarang melihat ada gubernur malam-malam menunggu pekerjaan pengerukan sungai kala hujan deras demi memastikan pekerjaan dilaksanakan dengan baik sehingga mengurangi dampak banjir. Kita hampir jarang melihat, pejabat (penguasa) datang ke daerah kumuh melihat langsung rumah tinggal warganya dan menanyakan apa yang mereka butuhkan sambil menawarkan tempat yang lebih layak. Kalian harusnya menyaksikan proses pemindahan warga waduk Riario dan bagaimana Jokowi memperlakukan warga miskin itu.
Pencitraan?
2 dari 3 acara Jokowi yang saya datangi tidak ada media sama sekali, sedangkan yang satu penuh dengan wartawan. Apa yang disampaikan, gaya, dan perilakunya sama persis. Tidak ada bedanya. Saya pernah bertanya sama salah satu petinggi media, kenapa berita Jokowi begitu banyak apakah memang Jokowi meminta diliput terus menerus? Pertanyaan itu saya lontarkan jauh sebelum Jokowi dicalonkan jadi Ri-1.
Ini jawaban petinggi media itu, “Kalau kalian punya berita yang bisa mengalahkan news value nya Jokowi, boleh saya kirim wartawan ke sana saat ini juga. Apapun tentang Jokowi selalu menarik pembaca, belum pernah ada pejabat demikian tinggi news value nya. Media kan juga mengejar news value di samping berita-berita yang memang layak kita sajikan dan kabar tentang kinerja pejabat sudah seharusnya kita sampaikan. Gila itu orang kerjanya. Wartawan saya saja sampai kewalahan dan kami berlakukan sistem shift untuk memantau Jokowi. Itu pun gak semua keliput. Apa Jokowi kuat bayar media saya?”
Saya beruntung 3 kali bertemu langsung dengan Jokowi, mendengarkan pemaparan tentang tugas dan tanggung jawabnya, program apa yang sedang dikerjakan, bagaimana mengerjakan serta biayanya dari mana dengan runut, jelas dan mudah dipahami. Saya melihat kesederhanaannya dan ketulusannya bekerja. Saya tahu dia bukan manusia sempurna, atau pemimpin hebat yang akan menyelesaikan semua masalah. Apalagi masalah Indonesia yang sedemikian rumit dan kompleks.
Saya tidak menaruh harapan tinggi terhadap Jokowi. Hampir 10 tahun saya bekerja dengan orang nomer satu di negeri ini, bisa melihat betapa kusut dan karut marutnya negeri ini. Hampir semua sektor punya masalah yang tidak sedikit. Belum perilaku para pejabat yang membuat negeri ini makin suram kelihatannya. Saya sudah mulai apatis akan ada perubahan di negeri ini, hingga kemudian datang pejabat bernama Jokowi.
Jalan pikiran saya sederhana saja, saya mau pemimpin yang bekerja, dan melayani kebutuhan rakyatnya. Melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dan tidak berlaku sebagai penguasa. Dan saya melihat itu pada Jokowi, sosok manusia biasa, yang tidak bisa menahan tangis – layaknya manusia- ketika melihat kemiskinan di depan mata.
Ya, saya butuh pemimpin yang memanusiakan manusia.
Dengan cara pilpres sekarang, saling serang, saling dukung membuta, uang yang dikorbankan banyak, mudah-mudahan presiden terpilih, bukan hanya presiden pendukungnya, tidak menghancurkan lawan, tidak dendam dan bisa lepas dari kepentingan pribadi pendukung2nya.
Tidak balas budi itu konsekuensinya berat, contoh bu Risma
sayangnya…di pilpres ini Jokowi majunya dari “itu”. dan dikerumuni “mereka” hampir tak bisa nafas pak Jokowi ni.
catatan ringan, tapi sarat pesan. berdasar pengalaman selintas, namun berdasar pengalaman panjang… like this! :)
ini catatan yang menyejukkan mbak. terima kasih untuk testimoni ini.
#Salam2Jari
Terima kasih, mbak.
Dan memang begitulah adanya. Jokowi tidak hebat. Ia hanyalah manusia biasa yang membuat orang, tempat, dan kota yang dipimpinnya, merasa dan menjadi hebat.
Akan ada nanti yang berkomentar bahwa Jokowi belum menjalankan tugas sesuai sumpah jabatannya :-)
Dan ada kalanya anda menyesal dengan pilihan anda lalu anda demo lalu anda hilang entah kemana
Mbak boleh dishare ke yang lain?
Silakan….
Hebat tulisannya mbak, tambah mantap pilih Jokowi. Kita tidak butuh pemimpin yang sempurna tapi butuh pemimpin yang bekerja. Jokowi telah membuktikan semuanya
Mbrebes mili bacanya
Semoga akan ada jokowi2 lqinnya yg bahu membahu membenahi negara ini
betul mbak. Pak Jokowi tidak hebat. Tapi beliau itu pemimpin yang bisa menginspirasi rakyatnya. Inspirasi untuk mau ikut turun tangan dan tak ragu untuk berkontribusi bagi negaranya.. Semoga Allah masih sayang dengan bangsa Indonesia dan mengizinkan pmimpin sepertipak Jokowi memimpin bangsa ini 5 tahun ke depan.
Bener tu mbak , pilih pemimpin yg peduli rakyat , salam 2 jari .
Betul sekali mb. Sy pernah menyimak acara pengajian akbar sebuah yayasan dakwah yang kala itu digelar di istora senayan. Pak jokowi selaku gub DKI, hadir mendampingi pak wapres. Dalam acara tsb sbtlnya yg sy tunggu adalah sambutanya pak Jokowi. Tp tyt sampai acara berakhir p jokowi tak naik panggung dan tetap setia duduk mendampingi pak wapres. Padahal wartawan tv, koran, media ol byk sekali yang datang. Ini slh satu bukti p jokowi tdk gila “naik panggung”. Tetapi dasar pak jokowi yg byk peminatnya, media2 tetap aja nekat ngeberitain: jokowi masuk gedung, sorak sorai pengunjung langsung riuh :) (tp judul aslinya bkn ini lho, sy sdh lupa soalnya he2)
Awalnya saya tdk mau baca karena berjudul ” Jokowi tidak hebat ” tetapi saya penasaran juga….terimakasih sudah menulis berita ini mbk Ainun…melakukan pekerjaan dengan hati..itu perlu hati yang besar ya mbk..suskses selalu
Terharu baca tulisan ibu.. sy dukung Jokowi..
Terharu saya mbak membaca tulisan ini. Simpel sekali. Sebegitu sederhananya beliau. Trims ya mbak.
Jokowi tidak hebat karena beliau memang low profile dan yakin bener bener mengemban tanggung jawab dari rakyat, tetapi jika nantinya doa rakyat terbanyak dikabulkan menjadikan beliau terpilih, insya Allah akan banyak mencetak rakyat menjadi lebih hebat (merata dari hulu ke hilir).
wah semakin yakin bahwa jika tokoh tokoh kunci ini bekerja dengan tulus, Indonesia bisa hebat.
…
tetap semangat dan waspada, status quo masih membayangi. karena tidak semua orang mau bekerja keras seperti jokowi.
…
salam dua jari
Jokowi sosok pemimpin yg mau mjd pelayan masyarakat bukan pemimpin yg maunya dilayani dan tulus dlm bekerja benar2 utk kepentingan masyarakat dan negara.
Semoga cara kepemimpinan sosok Jokowi menginspirasi para pemimpin pemerintahan di negara kita tercinta sehingga tercipta pemerintahan yg bersih dan negara semakin berdaulat dan mampu mensejahterakan masyarakat indonesia.
Atas pertimbangan itu maka saya memutuskan utk memilih Jokowi.
Aku nggak kenal Jokowi, dan belum pernah bertatap muka dengan beliau. Tapi energi tulisan mba ini, bikin saya merasa dekat juga, penyampaian yang ringan tapi sangat penuh maknanya. Tfs mba :-*
Memang jokowi tepat utk seorang gubernur…pas banget…selesaikan tugas yg dipercayakan warga DKI jakarta.merdeka.
Semoga kita juga mendukung dg menjadi rakyat yg baik, taat kpd aturan lalu lintas, membuang sampah PD tempatnya, melaksanakan perijinan2 usaha kita dg prosedur yg benar…sadar aturan. Smg kita punya sela control yg baik, dg demikian kita ikut bekerja bersama beliau dan tdk hanya menuntut. Smg mbak Ainun sukses, terima kasih tulisannya yg menyejukkan, salam dua jari…
Thx bu Ainun, saya terharu membacanya. Saya yakin insya Allah jokowi pasti menang.kita harus bersyukur di zaman skarang masih ada sosok pemimpin seperti Jokowi.& insya Allah Jokowi adalah org yg di pilih Allah untuk jdi presiden kali ini. Salam 2 jari peace…peace…peace
terimakasih tulisan nya mba… bagus sekali.. mari kita berdo”a semoga diberikan yang terbaik …. salam 2 jari…
Lebayyyy
izin share ya
Jadi Presiden atau tidaknya Pak Jokowi Saya dan keluarga akan selalu cinta Pak Jokowi,
Simple Mbak !! Semua sama2 BAGUS … Jokowi Merakyat _ Prabowo Negarawan … Tapi Negara kita sedang membutuhkan sosok yg disegani dan mempunyai hubungan bilateral Global ,!!
makasih mbak :D
saya semakin yakin pilih pak jokowi
#salam2jari
saya belum pernah secara pribadi ketemu pak Jokowi, tapi dari cerita-cerita yang sering saya baca tentang pertemuan dengan pak Jokowi yang kadang ketemu Saya selalu tersenyum (kadang agak terharu juga hahahaha)ketika membaca blog dan cerita2 di fesbuk tentang cerita-cerita pribadi yang beredar. Dan saya selalu menemukan 1 titik persamaan tentang pak Jokowi. Pak Jokowi digambarkan selalu sebagai orang biasa.
Pak Jokowi diceritakan selayaknya bertemu orang biasa, bukan pejabat mahatinggi yang harus dituruti dengan segala protokol dan hak istimewanya.
Terlepas dari kinerja dan prestasinya, saya rasa ini yang membuat Pak Jokowi berbeda dari pejabat yang lainnya, bahkan ketika diadu dengan pejabat atau negarawan yang sama-sama juga bekerja untuk rakyat. Pak Jokowi itu pejabat dengan segala potongan non-pejabat. Kurus, muka ndeso, senyum nyengir kudanya, humor ala orang-orang biasa, kadang medoknya masih terlihat, ngomong bahasa inggris dengan aksen orang jawa (gw yakin timsesnya lebih pinter bicara bahasa inggris dan lebih jago melafalkan aksen bahasa inggris bule), dst dst.
Ini mungkin yang membuat orang-orang jatuh cinta sama Pak Jokowi, termasuk saya, karena orang-orang pada ngeliat sisi humanis pejabat tinggi negara dengan segala kesederhanaan dan ke-endso-annya.
Semoga jika terpilih jadi RI-1, sikap pak Jokowi ga berubah.
Memang ia hanya seorang manusia biasa, sama dengan yang satu lagi, namun hendaknya yang saya harapkan dalam pemilu kali ini.. Semua jujur dan kelak siapapun yang terpilih dapat membawa hal baik bagi bangsa ini, dan 1 hal lagi yang saya harapkan, hendaknya siapapun yang terpilih dan tidak terpilih kelak tidak akan menimbulkan kerusuhan ..kalaupun terjadi, saya harap kita semua tidak lupa dengan pilihan dari hati kita saat ini..karena setelah ini pasti akan dimulai hal yang sesungguhnya, seperti fitnah dan cerca dari berbagai pihak yang haus akan kekuasan dan uang.
Eebagai bekas pegawai pemda DKI yg telah bekerja 33 tahun,pernah mendengar arahan dari beliau,yg memang mrt saya tdk jelas! action2 yg dilakukan tdk mendapat tantangan dan hambatan dari bnyk pihak,ini krn popularitas beliau,program2 dan kegiatan2 yg dia lakukan sama dng gub2 sebelumnya,tp krn dukungan pers maka dpt berjalan dng lancar,tdk ada kelebihan beliau kecuali krn didukung pers