Aku mengenal lelaki muda ini di LLD (Local Leaders Day – Akademi Berbagi) Salatiga. Dia salah satu tim dari Empistudio milik mas Roni Azhar, yang bertugas membuat dokumentasi selama acara mendampingi mas Roni. Anaknya gak banyak omong, lebih sering tersenyum daripada ngobrol. Aku hanya sesekali bicara ketika di LLD, itu pun lebih banyak urusan dokumentasi.
Waktu itu hujan deras, dan tiba-tiba dia muncul di rumah. “Saya disuruh mas Roni ke sini membantu mbak.” Dengan sepatu khas anak bikers, rantai di celana, jaket kulit dan rambut gondrong diikat dia berjalan memasuki rumahku. Dia datang atas permintaan mas Roni untuk memperbaiki kunci rumah. “Mbak sakit? Pucet banget,” kata Azan sambil membereskan urusan kunci.
Selesai mengurus kunci, dia tidak lekas pulang tetapi menungguku yang sedang siap-siap menuju rumah sakit. “Mbak, saya temenin ya. Motor gampanglah saya tinggal dulu.” Alhasil Azan menguntit ku di rumah sakit, hingga akhirnya diputuskan untuk opname.
“Zan, kamu pulang aja. Aku gak papa di sini. Aman udah di RS banyak suster yang jagain.” Aku gak enak liat Azan duduk di sofa menungguku. “Wah, saya gak tega ninggalin mbak sendirian. Gak papa mba, saya gak ada acara saya temenin aja.” Azan bukan hanya menungguku, tetapi membantu anakku, Kika yang harus mengungsi ke rumah pakdenya karena di rumah gak ada yang menemani. Hari itu Azan mondar-mandir, Rumah sakit – rumahku -rumah kakakku untuk memastikan Kika sudah mengungsi dan membawa barang-barang keperluan sekolah dan menginap.
Semalaman hingga besok siangnya Azan terus di rumah sakit. Aku kasihan melihat dia tidur meringkuk di sofa kedinginan karena AC. Tapi Azan tetep setia menunggu. Aku membayangkan dia pasti bosen banget menungguku di rumah sakit. Tapi gak ada tampang sebel atau capek, senyum-senyum aja seperti biasa. Dia hanya meninggalkanku ketika cari makan atau merokok. Padahal untuk itu dia harus berjalan cukup jauh dari lingkungan rumah sakit.
Siangnya dia pamit meninggalkanku di rumah sakit karena ada kerjaan. “Mba, kalo ada apa-apa kontak saya ya”, pesannya sebelum pergi.
Malam-malam jam 2 dini hari, whatsapp berbunyi. Dari Azan, “Mba, di rumah sakit sama siapa?” Dia habis kerja masih kepikiran aku ada temannya atau enggak.
Malam ini hujan, aku ingat kamu Zan. Ingat kebaikanmu, padahal kita baru bertemu sekali. Aku ingat tatapan gak tegamu meninggalkan aku sendirian di rumah sakit. Pertemanan yang tulus di ibukota yang individualis menyisakan haru yang sangat dalam.
Azan, terimakasih :’)
Wah mas Azan ini pendiam (kesan di LLD) yang perhatian ya mbak, terimakasih mas Azan :)
:(
Kalau Mas Roni manggil Azan, aku reflek ikut nengok. :)
Salam super buat Azan, mbak! Banyak orang ingin ada teman atau pacar dengan perhatian yang seperti itu. Apa dia masih jomlo? ;)
Salam hormat dari Polandia.