Beberapa waktu yang lalu, anakku mengikuti lomba karya tulis di sekolahnya. Lombanya sih gak menang, la wong tulisannya “acak adul” hahaha…Tetapi sungguh hati ini tertampar berkali-kali ketika membacanya. Semua yang dia tulis, membuatku menarik napas panjang. Walaupun dia menggunakan tokoh lain, tetapi apa yang dia tulis adalah wujud dari isi kepala dan hatinya. Gambaranku sebagai orangtua di matanya terpampang jelas.

Urusan anak zaman sekarang dengan teknologi membuatku cemas. Kecemasanku sebagai orangtua selalu aku ungkapkan dalam berbagai kegiatan seminar ataupun workshop parenting.

Tulisan anakku menempeleng telak. Membuatku harus “melihat kembali” bagaimana menjadi orangtua di zaman teknologi seperti sekarang ini. Aku masih harus banyak belajar, termasuk dengan anakku sendiri. Walaupun tulisannya masih amburadul, tapi aku bangga dan terharu dengan gagasannya yang jujur dan orisinil.

Tulisan ini diedit seperlunya supaya bisa lebih mudah dipahami, walaupun mungkin masih ada bagian yang membingungkan. Hahaha. Dan, diposting seizin anakku tentunya.

Terima kasih, Nak.

 

Paradigma

Ditampar oleh Tulisan Anak Zaman Sekarang
Student Exchange Labsky – Sydney

Orang tua selalu menganggap zamannya lebih baik dari jaman sekarang. Sampai kapan pun anggapan itu akan terus ada walaupun teknologi sudah berkembang pesat. Tidak ada anak yang bisa mematahkan stereotype ini.

Walaupun anak zaman sekarang sudah terlanjur ketergantungan dengan teknologi, tapi bukan berarti mereka hanya bisa menggunakan ponsel atau laptopnya seharian alih-alih melakukan sesuatu yang berguna. Tapi itulah anggapan orang tua zaman sekarang yang selalu merasa masa kecilnya jauh lebih baik dari anak-anaknya yang masa kecilnya hanya dihiasi gadget yang selalu menempel di tangannya.

Gadget sudah menjadi sahabat anak zaman sekarang. Sehingga sering kali mereka dianggap tidak peduli dengan keluarganya.

Anak-anak seharusnya tidak perlu di berikan teknologi yang canggih, seharusnya itu, seharusnya ini,” keluh orang tua.

Dek, jangan main handphone terus, kerjain dulu tugasnya.”

Iya sebentar, Ma.

Harusnya Mama gak kasih handphone kalo kayak gini terus, Mama jadi ngga dianggap.

Orang tua zaman sekarang juga selalu membanggakan masa kecilnya yang sangat luar biasa, dan selalu mengatakan masa kecil anak zaman sekarang seolah hanya terbuang sia-sia.

Kamu nih ya, harusnya main di luar kenalan sama orang baru.”

Iya, Ma.

Dulu tuh Mama sering main keluar sama temen mama.”

Walaupun sebenernya masa kecil anak sekarang ngga buruk-buruk amat. Buktinya banyak yang bisa manfaatin teknologi untuk ngehasilin sesuatu. Kenalan sama orang yang lebih jauh dan lebih beragam daripada cuman sama tetangga sekompleks. Biarpun ngga ketemu beneran, pasti sempat bertukar aspirasi.

Tapi anggapan orang tua berbeda. Ketika kita mulai berkenalan sama orang baru di internet, mereka langsung bilang itu bahaya. Bahkan sekadar jalan bareng sama temen sekolah ga boleh kalo gak ada orangtuanya.

Pa, aku mau pergi sama temen ya besok.

Ke mana? Sama siapa? Ngapain? Naik apa? Jam berapa perginya? Jam berapa pulangnya?

Belum tau deh, Pa, tapi kalo jadi aku sendirian aja ya sama temen.

Ga boleh bahaya, banyak orang jahat di luar sana kamu juga harus hati-hati kenalan sama orang di internet ataupun langsung. Banyak kejadian loh baru-baru ini.

Orang tua selalu bilang kita harus lebih produktif, dengan membaca buku lebih banyak agar pengetahuan bertambah atau setidaknya melakukan sesuatu selain bermain handphone.

Orang tua zaman sekarang selalu bilang internet bahaya, jalan sama temen di mall itu juga bahaya kalo ngga sama orang tua. Seakan-akan dulu ketika mereka main sepak bola tengah jalan, pergi ke hutan, main-main di sawah, pulang pergi ke sekolah jalan sendirian itu ngga bahaya.

Tapi walaupun kadang anggapan orang tua zaman sekarang banyak yang salah tapi itu bukan berarti anggapan anak ke orang tua itu juga banyak yang benar. Orang tua melarang hal-hal yang dianggap asik sama anak zaman sekarang itu ada gunanya. Itu karena mereka khawatir. Walaupun orangtua zaman sekarang lebih banyak mengancam sebagai bentuk kekhawatirannya.

Anak zaman sekarang juga akan mengalami saat ketika segalanya tidak bisa diandalkan, tidak ada yang bisa dipercaya, tidak ada yang bisa membantu. Jika masalahnya tentang hal-hal pribadi yang berhubungan dengan mental, teknologi secanggih dan serumit apa pun tidak akan berpengaruh, dan mungkin hanya memperburuk keadaan.

Makanya kita tidak boleh lupa dengan orang-orang di sekitar kita, yaitu keluarga kita sendiri. Keluargalah yang selalu bisa diandalkan, walaupun kita selalu beranggapan sahabat adalah segalanya. Benar sih sahabat adalah segalanya, karena sahabat adalah orang yang mampu diandalkan saat sulit dan bahagia. Maka itu jadikanlah keluargamu sahabatmu.

 

Tinggalkan Balasan