Biasanya, kalau weekend anak yang akan memilih mau ngapain. Sebagai orangtua dan anak yang sama-sama sibuk, weekend adalah hari kebersamaan yang diusahakan menyenangkan. Tetapi karena aku mendapat undangan nonton bareng di hari Minggu, maka aku pun melontarkan ide sama anak. Hari Minggu nonton film di bioskop tetapi film pilihan Ibuk. Tumben anaknya manut aja. Biasanya bakal cerewet minta filmnya yang dia suka aja atau malah males pergi ke mana-mana.

Weekend Nonton Film Pilihan Ibuk
Hari Minggu siang dimulai dengan makan bareng makanan pilihannya. Seperti biasa untuk urusan makan, anaknya yang lebih sering sebagai penentu. Karena anaknya susah makan sedang ibuknya tukang makan apa aja.
Setelah selesai makan dan ngobrol berdua, maka kami pun menuju gedung bioskop. Aku tidak memberi tahu judul film pilihan yang akan kami tonton.
Setelah beli popcorn dan minuman, berdua kami menuju bioskop tempat nonton bareng diselenggarakan. Film yang kami tonton adalah: PANTJA-SILA: CITA-CITA & REALITA. Berat amat yak? Hahaa…Sengaja sih.
Waktu aku dapat email undangan nonton bareng film dari Visinema Pictures, aku langsung memutuskan akan datang dan membawa anak.
Aku tahu ini bukan film yang menghibur bahkan cenderung membosankan, karena pemainnya cuma Tyo Pakusadewo thok! Hah? Lalu ngapain Tyo? Untuk detailnya silakan tonton sendiri saja ya. Aku pun sudah bersiap diri jika anak jadi bosan dan bete. Biarlah. Buatku film ini penting untuk ditonton anakku. Belajar sejarah negeri ini dengan cara berbeda.
Ternyata oh ternyata, anakku menikmatinya. Hanya ketiduran sebentar. Selebihnya dia menonton dengan saksama. Beberapa kali berusaha mencerna dengan bertanya, kog gitu kog gini.
Belajar Sejarah Langsung dari Film
Zaman sudah berubah. Sejarah kemerdekaan negeri ini bukan sekadar mata pelajaran yang disampaikan secara searah oleh guru di kelas. Lebih sering membosankan dan menjadi hafalan.
Anakku melihat sejarah yang berbeda tentang Pancasila di film ini. Entah apa yang ada di benaknya, tetapi paling tidak dia melihat ada perspektif lain tentang bagaimana “membaca” sejarah. Dan film ini bisa jadi pelajaran berguna untuk anakku.
Nonton Film Pilihan Kedua
Tenang, ini belum selesai sampai di sini. Usai nonton film Pantja-Sila: Cita-Cita & Realita, anakku aku ajak nonton film lagi. Kali ini kami pindah studio dan pindah mall. Lagi-lagi aku gak cerita judul film pilihan yang kami tonton.
Aku cuma bilang ini film kuno. Beda sama Civil War, Pacific Rim atau Big Hero 6 kegemarannya. Dan masuklah kami ke studio, kali ini gak beli minuman atau pun popcorn karena masih kekenyangan.
Tau kan anakku aku ajak nonton apa? Yak bener! Film TIGA DARA karya Usmar Ismail dan Nya’ Abbas Acub.
Hahahaa…..Sengaja memang, hari itu menjadwalkan nonton film yang Indonesia banget! Biar dia belajar banyak hal, terutama soal film. Anakku penyuka nonton film di bioskop, gak kayak Emaknya yang cukup bahagia nonton CSI dan Perception di tivi.

Dari awal dia sudah melontarkan tanya. “Kenapa hurufnya ditulis begitu dan goyang-goyang?” Dan di bagian tertentu, dia bertanya, “Itu warna asli bajunya apa ya?”
Selebihnya ternyata dia cukup menikmati dan ngakak bersama ibuknya. “Lebay amat filmnya!” sambil tertawa terbahak-bahak ketika menyaksikan beberapa adegan jatuh cinta di film itu.
Surprisingly, anakku cukup menikmati dua film itu. Walaupun tidak segegap-gempita kalau nonton Civil War atau Iron Man, tetapi dia senang. Banyak hal baru yang dia temui.
Bagaimana sebuah film itu bisa dikemas dengan cara berbeda. Belajar sejarah tentang Pancasila dan menyaksikan kota Jakarta di jaman dulu kala merupakan pengetahuan baru baginya. Niatku tidak muluk-muluk. Aku hanya ingin menunjukkan film yang berbeda jaman dan belajar sejarah dengan cara yang berbeda pula.
Kalau kemudian ada yang “nyantel” aku bakal senang sekali. Tetapi melihat anakku cukup gembira dengan dua film itu aku pun senang tak terkira.
Note: Terima kasih Ogi Wicaksana dari Visinema yang sudah memberikan kesempatan untukku dan anakku nonton film Pantja-Sila: Cita-Cita dan Realita. Salam hormat untuk Om Tyo Pakusadewo.