Gili Terawang.
Gili Terawang.

Banyak hal yang patut aku syukuri sepanjang tahun 2015. Selain hal-hal yang rutin, ada juga urusan besar. Tahun 2015 konon tahun yang sulit secara ekonomi. Banyak hal terjadi sehingga aku harus membuat beberapa keputusan besar.

  • Anakku keterima di SMP Labschool Kebayoran. Sebuah sekolah yang konon jadi favorit anak Jakarta Selatan dan sekitarnya. Awalnya tidak ada sedikit pun niat untuk menyekolahkan anak di sini. Aku tahu diri, baik secara kemampuan anak maupun faktor finansial. Sekolah favorit selalu kompetitif. Apa anakku mampu? Aku ingin anakku menikmati masa kecil dan remaja tanpa terlalu terbebani dengan urusan akademis. Tetapi niatku tidak sama dengan keinginan anak. Entah dari mana, suatu hari anakku menyampaikan keinginan untuk masuk ke SMP Labsky (sebutan untuk Labschool Kebayoran). Berulang kali aku tanya, anaknya tetap dengan pendirian yang sama. Aku pun menakut-nakuti tentang betapa beratnya masuk sekolah itu. Ternyata anaknya lebih gigih dan tetap ngotot mau masuk Labsky, walaupun aku tidak mengijinkan ikut bimbel. Karena disamping urusan biaya dan transportasi, kalau anaknya memang mampu, tanpa bimbel pun bisa masuk. Ternyata anakku keterima dan sekarang sudah menjadi siswa SMP Labsky. Puji syukur dan sekaligus nggrantes, karena sempat meragukan kemampuan anak sendiri.
  • Kembali bekerja kantoran. salah satu akibat dari hal di atas adalah biaya sekolah yang tidak murah sehingga aku harus mulai memikirkan dengan seksama mengenai pendapatan. Selama ini aku bekerja freelance (lepasan). Bekerja berdasarkan proyek yang masuk. Kadang banyak pemasukan, terkadang sedikit bahkan pernah tidak ada sama sekali. Begitu masuk SMP, meteran jalan lebih kencang dengan nilai yang tidak sedikit. Setelah mempertimbangkan banyak hal, termasuk pertimbangan anak sudah cukup besar sehingga bisa ditinggal ngantor lagi, akhirnya kuputuskan bekerja di kantor. Rencananya kerja part time. Alhamdulillah ternyata diterima di dua perusahaan, masing-masing parttime sehingga jadinya fulltime. Rejeki yang sangat aku syukuri. Walaupun tidak mudah bekerja di dua kantor. Ini tantangan sekaligus kesempatan yang sangat baik untuk mengembangkan diri sekaligus belajar banyak hal baru.
  • Rentetan dari pilihan sekolah anakku bukan hanya tentang pendapatan tetapi juga rumah tinggal. Lokasi sekolah anak, jika di tempuh dari rumah yang sebelumnya, terlalu banyak titik macet dan tidak ada antar jemput yang rutenya sampai di situ. Akhirnya diputuskan untuk pindah rumah mendekati sekolah. Setelah mencari beberapa bulan dan sangat tidak mudah menemukan rumah yang cocok. Baik cocok dari segi lokasi, fasilitas maupun harga. Penginnya sih tetap tinggal di apartemen, tetapi apa daya tidak ada yang lokasinya sesuai. Kalaupun ada harganya sungguh jauh dari pendapatan. Setelah cukup lama, akhirnya menemukan rumah mungil yang tidak terlalu jauh dari sekolah dan harganya terjangkau. Walaupun ada kurangnya sana-sini, tetapi masih lebih baik. Kemudian kami pun meninggalkan rumah yang sudah dihuni lebih dari 4 tahun. Rumah baru, lingkungan baru dan kembali beradaptasi. Ohya di rumah baru ini banyak pengeluaran yang terpangkas, karena beberapa biaya jatuhnya lebih murah. Alhamdulillah.
  • Keputusan besar yang lain adalah, aku mundur dari jabatan Ketua Umum Akademi Berbagi. Jabatan yang telah aku emban selama 5 tahun dengan segala naik turunnya. Beberapa teman mempertanyakan kenapa harus mundur, toh gerakan itu aku yang bangun. Di satu sisi, kalau memikirkan kepentingan pribadi, Akademi Berbagi terus akan aku pimpin dan kelola sesuai kehendakku. Wong aku yang bikin, ya suka-suka aku. Tetapi aku menyadari bahwa gerakan ini dibangun bersama-sama para relawan. yang membuat besar ya para relawan itu. Sebuah organisasi yang sehat harus ada regenerasi. kepemimpinan harus dirotasi. Setelah memikirkan dan konsultasi dengan beberapa orang, akhirnya aku memutuskan menyerahkan kursi kepemimpinan kepada relawan lain yang kompeten. Dengan segala resikonya. Tetapi aku percaya, kepemimpinan baru akan membawa semangat baru. Harapannya Akademi Berbagi semakin besar manfaatnya dan menyebar ke banyak kota untuk membawa perubahan yang baik. Amin. Aku tetap berada di Akademi Berbagi. Kembali menjadi relawan dan membantu tugas para pengurusnya.
  • Akhirnya menerbitkan buku yang sepenuhnya ditulis sendirian. Setelah 3 buku sebelumnya ditulis beramai-ramai dengan beberapa teman. Buku berjudul KELAS adalah catatan perjalanan mengelola Akademi Berbagi. Selama hampir 2 tahun menyelesaikan buku ini, dengan berbagai kendala dan alasan. Syukur Alhamdulillah, lega hati ini bisa menerbitkan buku yang telah lama digadang-gadang. Buku KELAS ini adalah dokumentasi membangun gerakan sosial berbasis online dan offline. Semoga bisa jadi pembelajaran untuk teman-teman dalam membangun gerakan maupun melakukan perubahan.

Hal-hal besar yang terjadi, membawa banyak perubahan sekaligus pembelajaran. Terima kasih tak terhingga kepada Yang Maha Kuasa, atas jalan yang dipilihkan untukku. Bukan selalu jalan yang mudah, tetapi aku selalu dikuatkan untuk melalui berbagai kesulitan.

Selamat tinggal tahun 2015 tahun, selamat datang tahun 2016. Selalu ada harapan besar tersemat. Semoga tahun baru menjadikanku manusia yang lebih baik.

 

Salatiga, 31 Desember 2015.

 

2 Replies to “Gratitude 2015”

Tinggalkan Balasan