Saya terngiang-ngiang kalimat “Inovasi atau Mati” sebuah judul buku yang ditulis oleh Gede Prama ketika membicarakan Salatiga. Sebagai kota transit kecil diantara Semarang dan Solo, perlahan akan lesu dan bisa jadi perekonomiannya mati ketika jalan tol yang menghubungkan Semarang – Solo sudah beroperasi. Seperti yang terjadi pada Purwakarta misalnya, sekarang menjadi kota yang lesu darah setelah jalan tol Cikampek dan jalan tol Cipularang beroperasi. Tetapi apakah benar begitu?
Kunjungan Bang Handry Satriago CEO General Electric Indonesia ke kota Salatiga, mematahkan itu semua. Bang Handry melihat potensi besar di Salatiga. Bukan pada kota, infrastruktur atau sumber daya alamnya, tetapi pada manusianya. Kota yang dulu yang 1 kecamatan, dan sekarang berkembang menjadi 4 kecamatan menyimpan manusia-manusia potensial.
Pagi itu, Selasa 20 Mei Bang Handry mengajak beberapa pemuda dan penggerak Salatiga bertemu di Kayu Arum untuk berdiskusi tentang “apa dan bagaimana” melahirkan lebih banyak manusia potensial seperti Ari & Arfian 2 pemuda pemenang lomba GE Global yang telah menjadi entrepreneur global, atau seperti Bahruddin yang berani mendobrak sistem pendidikan dan membangun Komunitas Belajar Qorriyah Tayyibah yang mampu mendidik anak-anak sehingga mereka berani berkreasi serta inovasi dengan basis kearifan lokal.
Ari, Arfian, dan Bahruddin adalah yang kami tahu, mungkin lebih banyak anak muda lainnya yang juga ponya potensi untuk berinovasi dan belum dikenal. Cerita dari beberapa teman-teman, Salatiga juga melahirkan CEO dan pengusaha hebat baik di Indonesia maupun di luar negeri. Dalam diskusi di kelas Akber Salatiga. Motulz sempat menyebutkan bahwa bukan hal yang tidak mungkin Salatiga menjadi “Silicon Valley” nya Indonesia. Sebuah statemen yang muluk, tetapi mungkin terjadi. Ketika anak-anak muda dan orang-orang yang mampu berinovasi berkumpul dan memberikan pelatihan serta mentoring untuk anak muda potensial lainnya. Toh Salatiga sudah melahirkan inovator-inovator sebelumnya.
Bang Handry sangat concern dengan inovator muda dan bersedia membantu untuk mengembangkannya, sehingga makin banyak anak muda yang mampu berinovasi dan menjadi pemain global. Networking yang dimilikinya akan dikerahkan untuk mewujudkan proyek ini. Bukan hal main-main, ketika seorang CEO mau terjun langsung untuk membantu. Justru yang terpenting adalah, siapkah anak-anak Salatiga menyambut tawaran ini dan bisa memanfaatkan kesempatan yang ada?
Dalam bayangan saya, Salatiga kemudian akan dikenal dengan “Innovation Vilage” yang dikenal hingga ke seluruh dunia. Berbagai inovasi lahir di sini dan mereka satu sama lain saling terhubung. Internet dan social media memungkinkan untuk menyuarakan potensi ini. Bisa dibayangkan kota sekecil Salatiga, kemudian ramai didatangi investor dari berbagai negara yang ingin bekerjasama dan berinvestasi dengan mereka.
Sebuah mimpi besar, yang langkah pertamanya sudah dimulai oleh Bang Handry yang notabenenya bukan orang Salatiga dengan membuat forum kecil mempertemukan berbagai orang yang punya inovasi. Saya sebagai orang asli Salatiga cukup terharu dengan kepeduliannya pada Salatiga. Semua mimpi besar berawal dari langkah kecil. Semoga ini langkah kecil yang berkesinambungan sehingga menjadi langkah besar. Saatnya teman-teman di Salatiga menyambut baik dan bekerja keras untuk mewujudkannya.Pasti bisa!
semoga banyak orang-orang kerenyang terus lahir dr Salatiga ya mbak ^^
mba, kenapa pada pake item2 semua ya itu,, serem :lol:
Virus Salatiga….menularlah lebih banyak
KEREN..!!!!
keren! ayo maju inovator Indonesia