Hari libur, pagi hari membuat otak saya bebas berkeliaran, gak melulu mikir pekerjaan. Walaupun tetap kepikiran, tetapi otak lebih leluasa mengembara. Kemaren ngobrol dengan beberapa teman dari berbagai kantor, mereka mengeluhkan hal yang sama, pegawai muda banyak yang mudah menyerah dan banyak dalih ketika ada pekerjaan yang agak berat. Apa anak sekarang daya juang dan endurance nya tidak sekuat anak jaman dulu?

Saat ini saya sering banget diundang untuk sharing, baik di depan anak sekolah, mahasiswa atau pun pekerja, pesan yang selalu saya sampaikan adalah ; kalau saya bisa, kamu semua pasti bisa, dan jauh lebih hebat.

Ini bukan omong kosong motivator, atau gula-gula untuk membesarkan hati saja. Ini sejujurnya, bahwa kalau saya bisa yang lain pasti bisa dan lebih hebat.

Kenapa saya yakin begitu?

Apa istimewanya saya? Perempuan biasa, lahir hingga besar di kota kecil. Bukan anak orang kaya, bahkan kuliah pun dibiayai Kakak karena orangtua sudah banyak tanggungannya.

Dua kali ikut UMPTN (ujian masuk perguruan tinggi negeri) gagal semua. Akhirnya kuliah di sekolah swasta dan bukan jurusan pilihan. Lebih karena saudara-saudara menyarankan untuk mengambil bidang tersebut. Ketika kuliah, bukan anak gaul dan gak ikut aktivitas apa-apa. Itu salah satu hal yang saya sesali hingga kini, karena saya gak punya pengalaman berorganisasi sama sekali. Padahal itu bisa jadi nilai lebih ketika masuk di dunia kerja.

Ketika akhirnya lulus dengan perjuangan, karena bukan bidang yang diminati tetapi harus diselesaikan sebagai bentuk tanggung jawab kepada keluarga, saya pun kesulitan mencari kerja. Perusahaan besar dan ternama hanya menerima lulusan dari perguruan tinggi yang sudah ternama pula. Dengan dibantu Kakak, akhirnya saya mendapat pekerjaan. Kala itu saya harus menerima pekerjaan apa saja, yang penting bisa untuk menyambung hidup.  Siapa yang bisa nanggung hidup saya? Gak ada. Saya pun harus bekerja keras, apa pun yang ditugaskan saya kerjakan dengan sungguh-sungguh, karena saya tahu modal diri gak banyak.

Kondisi Keluarga

Kalau bicara soal keluarga, kondisi keluarga saya juga biasa saja. Pernikahan yang gagal, kemudian harus berjuang membesarkan anak sendirian. Bukan keluarga yang patut dibanggakan.

Dengan segala keterbatasannya, saya harus bisa menafkahi keluarga. Cita-citanya muluk, anak harus sekolah di tempat yang baik. Ngomong sekolah yang baik di Jakarta, terutama Jakarta Selatan berarti harus siap dengan biaya yang mahal. Dan syukurnya anak bersekolah di sekolah yang cukup bagus, walau biaya yang harus saya keluarkan cukup banyak.

Saya mobil gak punya, rumah pun masih menyewa. Saya gak mampu membeli rumah di tengah kota. Saya adalah orang yang tidak bisa menghabiskan waktu di jalanan. Buat saya jarak sangat penting. Makanya ngotot tinggal di tengah kota, dengan akses mudah ke mana-mana walaupun akhirnya harus sewa.

Kalau beli mampunya di pinggiran jauh, dan itu berarti jarak tempuhnya akan makan waktu lama. Saya gak sanggup. Sebagai orangtua tunggal, dengan berbagai pengalaman tidak enak di Jakarta, saya orang yang parnoan. Di kepala saya, rumah harus terjangkau, kalau ada apa-apa di rumah saya bisa cepat sampainya. Se-simpel itu pertimbangannya. Walaupun pilihan saya ditentang banyak orang terutama keluarga. Ngapain buang duit banyak hanya untuk sewa, mending buat nyicil rumah. Tapi saya cukup keras kepala untuk itu.

Kalau Saya Bisa ...

Jadi adakah dari saya yang istimewa? Tidak ada.

Sekarang saya bisa mengurus anak dan rumah sendirian, bekerja di dua kantor sekaligus dan mengelola Akademi Berbagi yang tersebar di seluruh Indonesia dengan ratusan relawan dan ribuan murid.

Saya bukan anak orang kaya atau pejabat. Saya juga bukan orang kaya jadi masih pontang-panting menafkahi keluarga. Saya tidak bermaksud menyombongkan diri. Sungguh! Saya hanya ingin memberi gambaran, bahwa sebagai orang biasa saya bisa melakukan, apalagi kalian.

Saya seringkali sedih, ketika ada teman atau karyawan yang mengeluh: sibuk, gak punya waktu, kerjaan overload, gak bisa mengembangkan diri atau berorganisasi. Makin sedih lagi ketika ada yang bilang: saya gak bisa, atau saya gak mampu.

Kalau saya bisa, apalagi kalian!

Saya sibuk, sudah pasti. Ini masalah prioritas, manajemen waktu dan kemauan. Jujur memang kendala terbesar saya soal waktu, karena kita semua dikasih waktu yang sama oleh Tuhan yaitu 24 jam.

Tetapi ketika ada kemauan, sibuk sering kali hanyalah alasan untuk menghindar. Walaupun harus jumpalitan, hidup saya masih baik-baik saja kog. Saya masih ada waktu untuk anak, teman dan keluarga. Saya gak melulu mencari nafkah, tetapi masih bisa menjadi relawan dan jalan-jalan.

Karya yang sekarang saya punya adalah hasil kerja keras bertahun-tahun.

Karena saya orang biasa, maka saya harus berjuang untuk menjadi tidak biasa. Saya tidak mau waktu saya habis hanya untuk mengejar materi atau kesibukan diri semata. Saya ingin menjadi manusia yang bermanfaat untuk sesama. Sebagai hamba Tuhan, berkah yang saya terima sudah sangat banyak, masak hanya untuk berbagai sedikit kepada yang lain tidak bisa? Saya bukan orang hebat, tetapi saya ingin menjadi manusia sukses yang sesungguhnya, yaitu kehadiran saya di bumi bermanfaat untuk sesama.

Saya tidak punya banyak harta, tetapi saya punya waktu, otak dan hati yang diberikan oleh Tuhan. Ketika nanti mati, saya juga tidak ingin dikenang sebagai apa pun. Biarlah saya mati dan terlupakan. Karena urusan saya tinggal sama Tuhan.

Sebagai perempuan yang sudah kepala 4 dan menjadi ayah sekaligus ibu bisa melakukan, apalagi kalian yang masih muda belum berkeluarga.

Jalan masih panjang, gunakan waktu sebaik-baiknya dengan penuh manfaat. Jangan menyesal kemudian. Percayalah, waktu tidak pernah memutar balik. Bikin jejak karir dan kehidupan yang bermutu sehingga kelak bisa menjadi modal untuk menjadi pribadi yang besar. Ingat di dunia ini gak ada yang instant, mie instant aja butuh waktu.

Masih mengeluh sibuk, gak punya waktu? Coba cek kembali daftar kegiatan hidup kalian. Jangan kebanyakan galau dan baper. Sesekali boleh, tetapi jangan sampai menghabiskan setengah lebih umurmu. Saya yakin nanti kalian menyesal.

Jadi kalau saya bisa, kalian pasti bisa. Bahkan lebih hebat!

Selamat menyambut tahun baru dengan lebih bersemangat dan hidup yang lebih bermutu. Semoga Tuhan memberkati.

 

10 Replies to “Kalau Saya Bisa …”

  1. Sibuk? Masi bisa kentjan2 tipis kan kita?
    It’s all about managing our time sama yg paling penting, mau enggak? Heheheh … Happy holidays!

    *malih kangen blogging*

  2. Keren mba’ tulisannya .. Sangat inspiratif .. Tersindir juga dengan tulisan tentang sibuk … Akh .. itu hanya sebagai alsan untuk melindungi diri dari ungkapan “bahwa ternyata kita malas” … Hee

  3. Rasanya ketampar baca tulisan ini mbak. Terima kasih sudah mengingatkan. Saya berjanji sama diri sendiri utk lebih tangguh

  4. barangkali karena kita berteman sangat dekat, dan sudah terlalu lama saling kenal, jadi melihat semua yang kamu sudah capai dan berhasil lakukan, rasanya biasa-biasa aja. mungkin karena sedikit banyak juga terlibat dengan berbagai peristiwa hidup masing-masing; ketika anak-anak kita sakit, saat kita mengalami momen gak enak dalam hidup, saat gak punya duit, kamu jadi terlihat tidak terlalu hebat. ya begitulah mbak ai. udah tau, kok. dia ya begitu itu. ibu tunggal, akademi berbagi, lucu, kadang culun. i always think that i know you enough.

    tapi membaca ini aku jadi sadar, kamu sama sekali bukan perempuan biasa. kamu gila banget hebatnya! kamu juga mungkin merasa kamu gak hebat, karena sudah menjalani semua kerempongan dan jungkir balik sejak entah kapan ya mbak.. tapi percayalah, kamu perempuan super hebat tiada tara! *menjura*

  5. teruslah berbagi mba.
    kalau aku saat ini masih bisanya seputaran keluarga dulu baru berani berbagi keluar. Apalagi kondisi g memungkinkan emang untuk keluar huhuhu :”) salutt buat mba ainun

Tinggalkan Balasan