Photo by Roni Azhar - Empistudio
Photo by Roni Azhar – Empistudio

Hajatan nasional Akademi Berbagi dua tahunan yang diberi nama Local Leaders Day (LLD) sudah selesai hampir 2 minggu yang lalu. Tetapi rasa yang ditinggalkan mungkin akan mengendap selamanya, terutama untuk saya.

Mempersiapkan LLD sungguh sebuah kegiatan emosional, karena ada banyak cerita yang tersangkut di dalamnya. Ini adalah LLD kedua, yang pertama tahun 2012 di Bogor. Kegembiraannya nyaris sama, hanya dramanya berbeda jauh. Waktu LLD I saya masih dibantu almarhum Chikadjati relawan Akber yang sangat antusias menyelenggarakannya dan tentu saja ada Mell, sang ketua panitia. Bertiga kami tim yang solid, Chika yang detil, Mell yang cekatan sekaligus tegas sangat membantu saya sehingga LLD berjalan sesuai harapan. Kedekatan kami bukan hanya event tetapi berlanjut hingga di kehidupan sehari-hari. Buat saya, Chika dan Mell adalah sahabat di mana saya bisa bersandar ketika kelelahan. Bahkan dengan Mell, saya bisa menangis di pangkuannya berjam-jam tanpa perlu bicara apa-apa. Chika sudah dipanggil Tuhan, dan Mell pergi entah kenapa. I miss you, girls so bad, so bad :'( Doaku selalu untuk kalian berdua.

LLD kedua tanpa Mell dan Chika. Bukan hanya hati saya yang “berlubang”, tetapi juga meninggalkan persoalan. Sebenarnya saya dan Mell sudah mempersiapkan LLD kedua jauh-jauh hari, karena belajar dari yang pertama kami membutuhkan dana dan effort yang tidak sedikit. Sekali lagi, manusia hanyalah si perencana karena Tuhan lah Sang Penentu. Kepergian Mell yang mendadak dan hilang bak ditelan bumi, membuat rencana persiapan berantakan. Saya sempat beberapa minggu termenung dan tidak percaya. Masih berharap tiba-tiba dia muncul dan mengembalikan semua rencana kami. Hingga dua bulan menjelang event, harapan itu semakin menipis dan kemudian sirna.

Dalam kegalauan sempat terpikir sejenak, apakah LLD kedua jadi dilaksanakan? Kalau batal apa yang terjadi. Ketakutan saya tidak bisa mempersiapkan LLD ternyata tidak bisa membatalkan LLD. Bagaimana pun LLD adalah janji saya sebagai penghargaan atas kerja para relawan di seluruh Indonesia. Saya tidak sanggup melanggar itu, bahkan sekedar membayangkan kekecewaan para relawan yang jauh-jauh hari ingin datang ke LLD pun tak mampu. Saya lebih takut melanggar janji itu, daripada ketakutan tidak bisa mempersiapkan LLD dari nol lagi. Sebulan lebih saya berjalan seperti tidak menginjak bumi. Berayun diantara rasa takut dan tanggung jawab. Berat. Bagaimana pun saya seorang manusia, dengan segala kekurangannya. Tanggung jawab pribadi saya juga besar sebagai pencari nafkah sekaligus ibu yang mengasuh anak semata wayang. Tetapi itu tidak bisa menjadi alasan, toh ketika memulai semua ini saya memang orangtua tunggal yang tanggung jawabnya sudah melekat dari dulu. Di malam yang hening, saya menumpahkan bongkahan gundah dan meletakan harapan pada kuasaNYA. Dibalik semua ketakutan saya meyakini, jika Tuhan menghendaki apapun bisa terjadi termasuk LLD ini. Saya tetap harus berusaha mewujudkan, tetapi di titik tertentu saya pasrahkan kepada Yang Maha Kuasa perkara hasilnya.

Bismillah. Dengan dibantu para relawan Akber yang sangat berdedikasi saya menjadi lebih mudah melangkah. Support mereka tak henti-hentinya. Beruntung saya dikelilingi mereka, orang-orang yang punya semangat dan nilai sama. Di luar para relawan, saya juga dikelilingi teman-teman yang selalu ada dan berdiri di samping saya. Dari sekedar menjadi tumpahan kecemasan hingga membantu mencarikan jalan keluar. Setiap malam selalu ada rasa syukur walaupun cemas tetap menggelayuti.

LLD kedua adalah keajaiban. Diantara rasa kehilangan yang besar, saya mendapatkan berkah yang luar biasa. Jangan dibayangkan bagaimana deg-degan nya, hingga seminggu menjelang hari H belum ada uang cash yang cukup ditangan. Lagi-lagi ini soal komitmen. Semakin dekat dengan hari H saya injak rasa “takut” semakin dalam. Kecemasan saya abaikan, hanya fokus bahwa LLD harus terjadi. Bahkan untuk meneteskan airmata pun saya tidak sanggup lagi. Berlari dan terus berlari.

Dalam penerbangan menuju Salatiga tempat LLD diselenggarakan, 2 hari menjelang hari H hati ini rasanya makin gak karu-karuan. Pertaruhan yang besar. Tetapi selalu ada asa yang saya jaga untuk tetap tegak berdiri mewujudkan semuanya. Niat baik, dilakukan dengan cara yang baik, selebihnya saya pasrahkan kepada Tuhan. Jika memang Engkau menghendaki maka semua akan terjadi.

Akhirnya hari itu pun tiba. Perasaan saya berkecamuk, antara harus memastikan semua sudah berjalan sesuai rencana dan mengejar kebutuhan untuk membayar semua biaya. Ketika pembukaan dimulai dan saya pidato di depan, hati ini rasanya mau meledak. Ya Tuhan akhirnya terjadi juga. Rasanya ucapan terimakasih berton-ton pun tidak cukup untukMu Gusti Allah. Dan diluar dugaan saya. Saya pikir LLD kedua tidak seindah yang pertama, karena ini pengulangan dan susah mendapatkan “feel” seperti yang pertama. Ternyata jauuh…. lebih indah dan luar biasa. Saya hampir tidak bisa berkata-kata menyaksikan kegembiraan para relawan dan merasakan energi positif yang meluap-luap di seluruh rangkaian kegiatan.

Terimakasih Tuhan, Engkau memberikan jalan sekaligus pembelajaran. Terimakasih tidak membiarkan saya menyerah, dan menjadikan saya manusia bermartabat yang lebih memilih menjaga komitmen daripada bersembunyi di balik ketakutan. Saya merasakan “genggamanMU” dalam setiap langkahku, dan tak sekalipun Kau lepas hingga aku tidak pernah jatuh terjerembab. Hanya jatuh jatuh kecil untuk membuat saya awas.

Terimakasih teman-teman baik, para relawan panitia LLD : Didut, Neny, Ditaprani, Sita, Susi, Reje, Ferandy, Mega, Raplee, Agustaf, Eno yang selalu menggenggam dan meyakinkan  saya bahwa semua bisa berjalan. Kerja keras kalian walau tanpa bayaran menjadikan bahu untuk saya bersandar.

Setelah LLD benar-benar usai, saya baru bisa menangis menumpahkan seluruh airmata yang sudah tertahan sebulan lebih. Airmata kehilangan, airmata kecemasan, airmata ketakutan dan airmata kegembiraan.

Salatiga, dari hari Jumat 7 Maret hingga Minggu 9 Maret kami berkumpul dengan orang-orang baik, di tempat yang indah, cuaca cerah dan kegembiraan  yang akan selalu saya kenang sepanjang hidup.

Sekali lagi, terimakasih Tuhan.

8 Replies to “Komitmen”

  1. Mba…. *mbrebes mili*
    Hidup itu pilihan, dan memilih utk berkomitmen itu memang tidak mudah.
    We love you…and Akber as well.
    *peluuukkkk*

  2. Mbak Ai, tetep semangat ya mbak… jangan sakit ya mbak. InsyaAlloh kami semua selalu mendoakan mbak untuk tetap sehat dan sukses selalu. LLD 2014 sangat luar biasa, banyak cerita dari banyak relawan yang merasa tersirami inspirasi oleh orang-orang hebat di LLD 2014, hingga pesan kebaikan dari salatiga kemaren akan tersebar ke seluruh pelosok indonesia tentang indahnya berbagi yang tidak pernah henti dari gerakan Akademi Berbagi. Terimakasih Mbak Ai :’)

  3. Mba Ai, terimakasih banget udah bikin akber, udah bikin LLD, udah bikin kita semua jadi keluarga besar akademi berbagi. Gabisa bilang apa2 lg mba ttg LLD ataupun akber, I always feel so grateful and I’m very sure i’m not the only one. U’r a great mom, and a great-our-mbak-Ai as always. Love you and may God Bless you always mbaaaaaaak!

  4. Sampe berkaca-kaca bacanya. Terharu.
    Salut sama mbak ai. Ide2nya, kerjanya, komitmennya. Juga amazed, betapa org2 di sekitar mbak ai terinspirasi dan ikut bergerak bersama-sama. Terima kasih sudah bikin kami semua jadi keluarga besar Akademi Berbagi yg solid dan penuh semangat. Semoga mbak ai sekeluarga dilimpahi berkah tak terhingga dari Allah SWT.

  5. Luar biasa…..
    Mestakung meminjam istilah prof. yohanes..jd tambah optimis…mengumpulkan gelombang2 positif krn sinyal2 itu akan terus mencari frekuwensi yg sama.LLD2 ne bukti nyata diantara bukti2 yg laen. A million thanks tdk ckp mengungkap rasa trmksh untuk mb Ai…tetap semangat..dan sllalu emendoakan…again this Amazing untuk mb Ai n panitia…cu then insya Allah

    Salam hepi
    @akber Lhokseumawe

Tinggalkan Balasan