photo from : http://www.etoro.com/
photo from : http://www.etoro.com/

Sebelumnya saya sudah menuliskan tentang makhluk bernama social media di sini. Sekarang saya akan membahas bagaimana menggunakannya. Secara umum ada 3 kelompok besar pengguna social media: pemerintah, bisnis, dan masyarakat. Ketiga komponen tersebut bisa menggunakan social media untuk mencapai tujuannya jika paham caranya dan tahu tujuannya.  Kita sering mendengar  orang ngomong  gini : “jangan main facebook!”  Sadarkah anda bahwa ada uang milyaran beredar di dalamnya?

Facebook salah satu social media tools yang dianggap “tempat bermain” sejatinya bukan hanya menjadi tempat perputaran uang tetapi juga menggulingkan pemerintahan. Kerumuman manusia tanpa batasan  dan real time menghasilkan interaksi yang besar dan intensif. Keterhubungan mengakibatkan banyak gerakan bisa muncul, baik dari segi ekonomi, politik maupun sosial. Sebagai lapak baru, social media mempunyai kekuatan besar. Salah satu contoh yang paling baru adalah pemilihan Presiden di Indonesia, bagaimana social media bisa menggerakkan ribuan massa ke Gelora Bung Karno Jakarta untuk memobilisasi dukungan bagi Jokowi. Atau bagaimana protes masyarakat online di twitter dan facebook membuat Presiden gerah dan akan meninjau ulang sebuah UU yang sudah diputuskan oleh anggota dewan.

Dalam bisnis, ada contoh menarik yaitu program kampanye online dari Magnum Ice Cream. Gambar lelehan cokelat di profil twitter dan facebook ramai dibicarakan dan membuat orang berbondong-bondong mencari ice cream tersebut hingga jadi barang langka yang susah diperoleh di pasaran karena semua orang ingin membelinya. Belum lagi para pelaku bisnis online atau e-commerce yang semakin marak. Berbondong-bondong e-commerce platform dari luar negeri masuk ke Indonesia karena diyakini bakal jadi pasar raksasa. Social media menjadi salah satu kanal yang membuat gelombang toko online makin membesar dengan cepat.

Jadi apakah social media hanya alat bermain?  Tergantung bagaimana melihatnya. Kalau untuk anak saya saat ini social media tempat dia main game online bersama teman-temannya, tetapi buat anak teman saya social media tempat dia berjualan pernik-pernik.  Jadi semua itu tergantung bagaimana memanfaatkannya. Man behid the gun.

Selanjutnya untuk apa perusahaan atau bisnis masuk ke social media? Ingat hukum pasar di mana ada kerumunan di situ banyak peluang. Para pelaku bisnis harus menyadari bahwa kekuatan social media tidak bisa diabaikan lagi. Mereka harus bisa memanfaatkannya dengan bijak supaya tidak jadi boomerang di kemudian hari. Selalu ada dua sisi seperti mata uang, begitu juga social media.

Apakah semua bisnis atau perusahaan perlu masuk di social media? Jawab saya saat ini iya. Kenapa iya, nanti akan saya tulis di bagian lain. Yang membedakan adalah fungsi dan ukuran. Perusahaan memiliki akun social media bukan serta merta harus jualan atau bikin kuis di sana. Ada banyak fungsi yang bisa digunakan. Salah satunya adalah untuk mendengarkan. Target market atau stakeholder anda ada di sana. Kita harus tahu brand kita dibicarakan seperti apa. Jangan sampai mereka bicara negatif di belakang kita, kemudian terlambat menangani sehingga berdampak buruk bagi bisnis. Atau pujian dari pelanggan juga patut diapresiasi bukan, sehingga dia jadi setia. Semua orang dengan mudah menumpahkan isi kepalanya di social media, kekecewaan atau kepuasaan yang dialami dengan brand bisa langsung dipublikasikan tanpa sensor. Bukan hanya itu, terkadang mereka memberi usulan dan gagasan menarik untuk mengembangkan usaha kita. Untuk itu perusahaan atau lembaga harus punya kemampuan “mendengar” di social media dengan baik.

Perbedaan berikutnya soal ukuran. Seberapa besar kita memanfaatkan kanal di social media? Itu sangat tergantung kebutuhan, tujuan dan budget yang ada. Kompetitor kita punya kanal Facebook, twitter, dan Youtube bukan berarti kita juga harus punya ketiganya. Terkadang kita tidak perlu bertinju di ring yang sama, mungkin lebih menguntungkan jika membuat ring pertandingan yang baru.

Hal yang perlu dipahami adalah social media itu adalah infrastruktur  komunikasi dalam sebuah bisnis atau organisasi. Perlu dibangun dan dipersiapkan dengan cermat. Bukan asal punya atau asal ramai. Dan membangun kanal social media perlu waktu dan konsistensi. Tidak ada yang instan. Yang kita bangun adalah keterlekatan antara konsumen/stake holder dengan perusahaan atau organisasi sehingga bisa mendukung tujuan.  Seperti layaknya hubungan percintaan manusia, perlu waktu untuk memeliharanya sehingga bisa masuk ke jenjang perkawinan. Jika kemudian keterlekatan sudah terbangun, bagaimana memanfaatkannya tergantung tujuan bisnis atau organisasi. Untuk meningkatkan penjualan, membangun komunitas pelanggan, service center, membangun hubungan dengan stakeholder sehingga memperoleh dukungan maksimal atau yang lainnya silakan saja. Pahami dan manfaatkan.

2 Replies to “Memahami Social Media (2)”

Tinggalkan Balasan