Begitu banyak buku psikologi tentang motivasi untuk menjadi kaya, sukses, bahagia dan saya salah satu penggemarnya. Membaca buku tersebut terasa begitu mudah dan gampang untuk meraih kesuksesan. Berbagai macam tips diulas dengan menarik, sehingga saya bukan hanya membaca, beberapa yang ada pelatihannya saya ikuti.Tetapi saya kog tetap begini saja. Hidup saya masih seperti kemaren-kemaren, tidak ada lompatan yang signifikan. Jadi apa yang salah?

Sampai suatu saat saya mendapat kesimpulan -yang sudah pasti subyektif- bahwa pada dasarnya manusia itu mempunyai kemampuan dasar yang dianugerahkan TUHAN secara berbeda dan kemudian tumbuh di lingkungan yang berbeda pula. Ada yang mendapat lingkungan yang kondusif sehingga kemampuan dasar terasah dengan baik sekali sehingga menjadikan dia manusia yang berbakat dan sukses. Ada yang mendapat lingkungan tidak kondusif, sehingga manusia tersebut berubah haluan sesuai kondisi lingkungan yang mempengaruhi dan tidak mengasah kemampuan dasar yang dimiliki. Dia tetap berhasil, tetapi jika dia bergelut dibidang yang sesuai dengan bakatnya kemungkinan prestasinya akan jauh lebih hebat. Berarti apakah dia tidak sukses? Lagi-lagi kesuksesan itu subyektif, jika dia sudah merasa puas dan merasa bahagia atas apa yang diperoleh sudah bisa dianggap sukses. Kondisi yang kurang bagus adalah jika dia yang mempunyai bakat berada di lingkungan yang tidak mendukung dan merasa frustasi atas keadaan tanpa melakukan apa-apa. Hanya mengikuti apa yang sudah ada (hati-hati lo dengan falsafah seperti air mengalir saja…) Sehingga hidupnya terasa berjalan ditempat, hidup enggan mati tak mau. Anda merasa begitu? Saya juga pernah merasa begitu.

Setiap manusia mempunyai perbedaan penyerapan terhadap suatu pesan atau pembelajaran. Ada yang cenderung visual yaitu mudah menangkap pesan yang divisualisasikan, auditorial yaitu pesan-pesan yang bentuknya suara jauh lebih mudah ditangkap atau kinestesis yaitu mudah menangkap pesan melalui pengalaman, dan indera perasa yang jauh lebih tajam. Sehingga dalam mengasah kemampuan, kita harus memahami betul kecenderungan atau preferensi kita. Pemahaman atas preferensi mempermudah dalam mempelajari sesuatu. Preferensi sifatnya sangat kontekstual, sebagai contoh kita mungkin visual di pekerjaan tetapi ketika di rumah kita lebih auditorial, dan prefenresi bukan merupakan tipe manusia, sering orang salah kaprah menilainya.

Hal yang lain adalah perbedaan minat. Setiap manusia memiliki minat yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Minat sangat bermacam-macam seperti minat terhadap politik, ekonomi, teknologi ataupun seni budaya. Tidak ada yang lebih baik satu dengan yang lain, masing-masing mempunyai keunggulannya. Keberagaman manusia dengan segala plus minusnya, dan saya yakin TUHAN menciptakan seperti itu untuk membuat dunia semakin berwarna. Bagaimana jadinya jika kita semua mempunyai kemampuan dan minat yang sama?

Jadiiii…tidak ada yang salah atas buku-buku motivasi itu. Tetapi tidak semua buku moyivasi itu cocok untuk kita. Masing-masing orang punya tujuan dan cara hidup yang berbeda – disadari atau tidak. Makanya penting sekali mengenali diri, apa tujuan hidup kita dan jalan mana yang paling sesuai. Nilai yang kita anut sangat menentukan arah, tujuan dan cara menjalaninya.

Jika kita bisa termotivasi dengan kesuksesan orang, maka jadikan orang tersebut menjadi sumber inspirasi. Tetapi jika kita tertekan dengan kesuksesan orang lain – dan ini sangat mungkin terjadi – carilah sumber motivasi dari diri sendiri bukan orang lain. Karena ada orang yang begitu dihina justru termotivasi untuk berkarya lebih baik, tetapi ada juga yang justru terpuruk. Jika terpuruk, hindarilah orang-orang yang berpotensi suka menghina, karena hinaannya justru membuat kita kehabisan waktu hanya memikirkan sakit hati. Saya percaya bahwa tidak semua kritik itu membangun, karena sangat tergantung dengan pribadi masing-masing. Ada yang menerima dengan posiif tetapi banyak juga yang menjadi negatif.

Modal utama kita adalah kepercayaan diri, percaya dan yakin akan kemampuan kita. Selanjutnya memilih lingkungan – ketika kita sudah bisa memilih – juga penting. Karena lingkungan sangat mempengaruhi pola pikir kita. Lingkungan yang baik akan membawa kita pada hal-hal baik. Lingkungan yang sesuai membuat kita menjadi diri sendiri dan lebih bersemangat dalam berkarya.

Jalan hidup setiap orang itu berbeda, terima kenyataan itu tapi jangan putus asa. Menerima bukan berarti menyerah. Tetapi menerima segala yang sudah terjadi dan berusaha melakukan yang terbaik saat ini. Ada orang yang sukses dengan MLM-nya, tetapi ada yang sukses menjadi karyawan. Tidak semua orang menjadi pengusaha, harus ada juga pegawainya. Menjadi yang terbaik dibidang kita dan menerima dengan ikhlas atas apa yang terjadi pada diri kita tanpa menyalahkan orang lain menjadikan kita lebih bahagia dan sukses.

Jadi apakah kita tidak boleh bermimpi? Mimpi adalah kesenangan dan sudah seharusnya kita membangun mimpi. Tetapi mimpi harus selalu diawali dengan satu langkah kaki untuk mewujudkannya. Bagaimana kita melangkahkan kaki, pilihlah jalan yang paling sesuai dan paling nyaman untuk diri anda. Tidak semua mimpi bisa diwujudkan, bangunlah mimpi-mimpi yang sesuai dengan nilai yang kita anut. Mimpi yang berkaki itu istilah saya, yaitu mimpi yang sesuai dengan nilai dan kapasitas diri. Trial and error sudah pasti. Karena memang tidak ada kepastian dalam hidup ini. Kuncinya jangan menyerah dan selalu konsisten dengan usahanya.

Selamat bermimpi dan memberinya kaki, jangan lupa semua hal ada resikonya, dan semua hal harus ada usahanya.

13 Replies to “Mengenal diri, Memberi kaki pada Mimpi”

    1. Suka banget istilahnya gua kenyamanan…istilah lain dari zona nyaman yaa mbak…salam kenal..baru nemu blog ini dan sedari tadi pagi sampe sore ini nguplek main kerumah mbak ainun ini heheheh

  1. Lam kenal mas/mbak/pak/bu OSAMALIKI :D Aku gak tahu nama sampean, aboutnya kurang jelas jadi mau menyapa juga kikuk, tapi nggak kikuk-kikuk :D Kenal mbah Marijan yah :D

    1. Salam kenal juga mas..saya mbak/perempuan hehe. Gak usah kikuk. Aduh, kebetulan belum kenal tuh ma Mbah Maridjan. :))

  2. Aih,mimpi yang berkaki.saya suka sekali. Besok, saya usahakan untuk memberi kaki pada setiap mimpi saya.;-).saya suka sekali blog ini.salam kenal,mbk.

  3. aku selalu meyakinkan diriku:

    “aku sudah kaya, dan berkelimpahan. perkara nanti lebih kaya lagi, biar gusti pangeran saja yang ngurusi.” hahaha

  4. salam kenal mbak osa maliki..

    *saya slalu bersyukur dari apa yg sudah ada, perkara nanti dikasih berlebih biar suami yang ngurusin*
    saya tinggal leyeh leyeh..

    *makan coklat tanpa gula*

Tinggalkan Balasan