Namanya Retno Palupi, mahasiswa tingkat akhir dari sebuah Universitas Negeri di Semarang. Cewek berjilbab dengan tubuh berisi, pipi chubby dan tidak begitu tinggi. Senyumnya terkadang malu-malu, dan tatapannya terkadang sendu entah memikirkan apa. Punya akun twitter @paalll yang cukup ceriwis dan seringkali menuliskan kegalauan yang dikemas dengan berbagai candaan atau hastag.
Pal, saya biasa memanggil dengan nama itu, pertama kali kenal ketika ada kelas Akademi Berbagi (Akber) di Semarang dengan gurunya Mas Danny Tumbelaka yang mengajar soal fotografi. Saya dan mas Danny secara khusus datang ke Semarang, karena ada pergantian pengurus Akber Semarang. Sang Kepala Sekolah Yuki Afriani akan mengakhiri masa lajangnya dan bakal meninggalkan Semarang mengikuti sang suami yanga bekerja di ibukota. Saat itu belum jelas siapa yang bakal mengganti posisi kepala sekolah, untuk itu saya sempatkan datang membantu menyelesaikan peralihan jabatan nan penting itu :)
Pada saat kelas berlangsung, saya justru tidak begitu memperhatikan Pal, saya bahkan tidak sempat mengobrol kala itu. Usai kelas, saya dan pengurus Akber Semarang lainnya mengumumkan siapa yang berminat menjadi pengurus diminta datang di warung wedangan milik Mas Ilik AS pengusaha yang cukup dikenal di Semarang. Malam, seusai balik hotel, mandi dan berganti pakaian, saya menuju warung wedangan dan bertemu dengan pengurus Akber serta teman-teman komunitas loenpia yang kebetulan lagi nongkrong di sana.
Di salah satu meja lesehan, duduklah Pal ditemani teman pengurus lainnya. Pada pertemuan itu, saya menawarkan diri siapa yang mau jadi Kepala Sekolah menggantikan Yuki. Pada awalnya semua diam, setelah saya ngobrol dan menerangkan bagaimana tugas seorang Kepala Sekolah, Pal dengan malu-malu bertanya dan menunjukkan keinginannya untuk menjadi pengurus. Saya memang tidak mau menunjuk, karena ini kerja sukarela saya berharap keinginan itu datang dari dirinya sendiri. Waktu Pal saya tawari untuk menduduki posisi Kepala Sekolah, dia nampak ragu dan sempat bingung celingak-celinguk dengan pandangan meminta bantuan. Tapi saya terus berusaha meyakinkan bahwa dia mampu dan sanggup memegang tanggung jawab itu. Hari semakin malam, dan saya cukup lelah juga setelah perjalanan dari Jakarta, dan Pal nampaknya memahami itu. Kemudian dia memberanikan diri bicara : “Ya, saya mau jadi Kepala Sekolah tetapi saya tolong dibantu ya..” Saya sudah menduga dia akan mau, tetapi tetap saja saya takjub dengan keberaniannya. Saya pun menaruh respect padanya.
Kira-kira seminggu yang lalu kami pengurus Akber Jakarta mengadakan pesta farewell party untuk Pal. Dia sudah 3 bulan di Jakarta untuk magang di sebuah kantor agency sebagai prasyarat menyelesaikan kuliahnya. Selama 3 bulan di Jakarta, Pal selalu aktif membantu teman-teman Akber Jakarta. Kebetulan juga pas dengan acara workshop relawan Akber seluruh Indonesia yaitu Local Leaders Day, maka Pal kita nobatkan sebagai panitia. Selama bersama-sama, dia beberapa kali jadi bahan candaan teman-teman karena anaknya yang naif dan memang berpotensi untuk di “bully” dalam candaan. Suka bingung sendiri dan panikan, atau sering meributkan hal-hal yang gak penting, takut kemana-mana sendiri selama di Jakarta tetapi ingin kemana-mana. Jadilah Pal bahan bulan-bulanan tiada akhir.
Pal sesungguhnya anak yang mudah tersentuh, dan terkadang masih ingin dimanja, tetapi keinginannya yang kuat untuk menjadi perempuan mandiri dan berani seringkali menghasilkan sosok yang membingungkan untuk dipahami, kalau bahasa saya: tidak kongruen. Dan itu wajar untuk cewe seusia itu, sedang membangun eksistensi. Anaknya mudah panik dan melihat segala sesuatu dengan kacamata hitam putih dengan segala kenaifannya. Buat saya naifnya Pal justru membuat hidupnya ringan, tidak ada wilayah abu-abu. Tidak ada hal-hal berat dipikirannya. Kehilangan hand sanitizer bisa begitu menyedihkan hatinya, dan diantar ke Gambir oleh Suryo salah satu teman Akber sudah sangat membahagiakannya. Sederhana bukan? Pada saat farewell party pun dia masih kita kerjain. Semua makanan, dia yang harus pesan, dan dia mau! “Hahaa..Pal..Pal…kami semua akan merindukanmu. Semoga farewell party-nya berkesan, jangan lupa hand sanitizer kado dari kami disimpan baik-baik ya. Selamat kembali pulang ke Semarang dan menjadi Kepala Sekolah lagi.”
Untukmu Pal, semoga lekas lulus kuliah sehingga keinginanmu untuk membahagiakan orang tuamu tercapai. Jangan lupa cari pacar jangan cuma menggalau di timeline dan milis ya!
hahahaha jadi kado yg pas buat pal ya pembersih tangan yak
Palll.. you are missed. Ayo sini balik ke Jakarta lagiii *uwel2 Pall*
Inget banget Pall sering nanya “Apa yg bisa aku bantu untuk LLD, mbak?” sampai akhirnya ‘terseret’ jadi panitia. Terima kasih, Dek Pal
hadoohh itu iconnyaaaa :))))
Hebad
Kenapa avatarnya Mell cowok berdagu belah gitu ya?
Hahaha, Paaaal! *peluk* *trus banting* *uh uh* *gak kuat* =))
paaaalllll….
hand sanitizer-ku mana?! #lho #eh #palyangtertukar
“…because bully is new way expressing love.”
aaaaaa makasih mbakku dan masku tersayang semuwanyah…
aku sayang sayang sayang kalian!!
tenang, hand sanitizernya akan kujaga kurawat slalu. pemakaian pertama adl lifebuoy..
hihii…tunggu aku di jakarta lagi yah!
*peluk cium satu2* :’)
*cipoks pall* :))
pall, cermati dan pahami paragraf terakhir ya…hahaha..
*ngilang*