Hari ini Kompas Minggu membahas toilet dengsn lengkap dan berhalaman-halaman. Ada apa gerangan dengan toilet? Bukan karena ada saya di situ, eh tapi memang ada saya sih bersama teman-teman Gerakan Toilet Higienis,  tetapi memang menarik membahas toilet. Apalagi kalau dihubungkan dengan masalah pendidikan.

Toilet, orang Indonesia lebih sering menyebut kamar kecil atau belakang, seperti sebuah bagian yang tidak penting dan tidak mengenakkan untuk dibahas, padahal fungsinya begitu penting. Hayo siapa yang berani bilang toilet tidak penting? Pergi kemana pun sekarang perlu toilet bukan? Naik pesawat ada toilet, naik kereta api ada toilet bahkan bus pun ada yang pakai toilet. Di tempat terbuka seperti taman, pos jaga polisi di perempatan sekarang juga disediakan toilet portable yang seperti caravan. Bahkan sekarang di konser-konser, pesta-pesta yang medatangkan banyak orang seringkali perlu tambahan toilet dari yang sudah ada karena tidak mencukupi. Dan bisnis toilet protable pun konon menggiurkan. Ada toilet portable reguler dan ada VIP. Toilet pun ada kelasnya.

Jadi toilet bukan barang sembarangan, tetapi seringkali kita berlaku sembarangan ketika di dalamnya. Mari kita tengok toilet-toilet di tempat umum, seperti terminal, masjid, pasar, bandara atau stasiun.  Atau toilet di rumah makan, mall atau supermarket. Berapa banyak yang toiletnya benar-benar bersih?  kalau di mall-mall yang kelas menengah atas atau di masjid yang bagus, toiletnya sudah sangat bersih dan bagus, walaupun kadangkala masih ada aja yang membuang tissue atau sampah sembarangan, atau tidak mengguyur atau mengelap dudukan setelah menggunakannya. Karena banyak dari kita berpikir bahwa kebersihan toilet adalah tanggung jawab petugasnya, apalagi yang pakai bayar. Sering dengar ada yang bilang : kan, kami sudah bayar. Hmmm…benarkah demikian? Kalau semua pengguna toilet umum berpikir demikian, memang susah ya menjaga toilet umum tetap bersih dan higienis walaupun ada petugasnya.  Apalagi di tempat umum seperti pasar, terminal dan stasiun, bagaimana kondisi toilet akan tetap bersih jika mental penggunanya tidak punya kesadaran bersama untuk menjaga dan petugas kebersihannya pun tidak ada pula! Lengkap deh toilet dengan kejorokannya dan terkadang kondisinya pun memprihatinkan.

Membaca Kompas hari ini, di SMPN 11 Bandung ada sekumpulan anak yang menginisiasi Jamban Bersih Sehat dan Jujur untuk membuat toilet higienis khusus perempuan menstruasi, di situ selain bersih juga tersedia peralatan seperti pembalut dan celana dalam sekali pakai. Menarik! Dengan toilet ternyata bisa belajar tentang kejujuran. Pengguna toilet tersebut harus membayar Rp 500 rupiah dan Rp 5.000 rupiah jika menggunakan pakaian dalam tanpa ada pengawasan. Ternyata kejujuran pun bisa diajarkan dari tempat kecil di “belakang” karena disitu dan membangun kesadaran bersama untuk menjaga fasilitas umum tetap nyaman untuk dipakai bersama.

Dulu, ketika saya SMP, sekolah saya adalah bangunan Belanda yang tinggi dan kokoh, dengan kamar mandi yang besar. Kepala sekolahnya adalah orang yang apik didikan pemerintahan Belanda, beliau bercerita bersekolah dulu, sang Kepala Sekolah Belanda setiap pagi yang diperiksa pertama kali adalah kamar mandi, karena toilet adalah ukuran utama keberhasilan pendidikan di sekolah. Kalau penghuni sekolah baik guru, murid maupun petugas tidak bisa menjaga kebersihan toiletnya maka mereka gagal memberikan pendidikan. Toilet adalah cermin dari manusia yang beradab. Woow…! Adakah dari kita yang berpikiran sama dengan guru Belanda tersebut? Bahwa peradaban suatu bangsa ditunjukkan dengan kondisi toiletnya?

Berbicara tentang toilet ternyata memang kompleks. Toilet sebagai suatu ruangan privat dimana kita tidak pernah tahu apa yang dilakukan orang di dalamnya. Tetapi dari toilet kita bisa belajar tentang tanggung jawab dan kejujuran. Tanpa ada pengawasan dan hukuman, disitu perilaku dasar kita diuji. Kebiasaan kita akan muncul secara refleks di toilet. Kebiasaan baik yang dibangun secara otomatis akan risi jika melihat sesuatu yang tidak bersih di toilet begitu pula sebaliknya.

Toilet bukan lagi sekedar tempat buang air atau mandi,  beberapa orang menggunakannya untuk tempat bersembunyi dari kesedihan, mendapatkan ilham, refleksi diri, bernyanyi atau berelaksasi setelah stress atau kelelahan dengan aktivitas seharian. Bahkan hasil survei menunjukkan toilet yang nyaman menjadi daya tarik orang untuk kembali menginap di sebuah hotel.

Apa yang kalian rasakan, ketika kebelet banget di suatu tempat dan kesulitan mencari toilet umum, atau ada toilet tapi kondisinya buruk sekali? Pasti sewot dan panik bukan? Lalu bagaimana ketika kalian kebelet kemudian menemukan toilet yang bersih? Naah..mari kita coba merasakan bersama-sama dampak dari sebuah kondisi toilet umum. Jika setiap orang egois terhadap kebutuhan sendiri dan tidak peduli orang lain sudah bisa dipastikan kondisi toilet umumnya buruk. tetapi jika di suatu wilayah punya kesadaran sosial yang tinggi maka bisa dipastikan kondisi toilet umumnya bagus. Kesadaran sosial dibangun oleh pendidikan, etika dan norma-norma yang berlaku dan ditaati di wilayah atau institusi tersebut. Jadi tidak berlebihan jika kemudian dibilang kondisi toilet mencerminkan kondisi sosial negara tersebut.

 

Apakah kita termasuk orang yang berpendidikan dan beradab? Coba cek kondisi toiletnya :)

Note : kalau mau bantu perbaikan kondisi sanitasi di sekolah, bisa like di sini :)

6 Replies to “Pendidikan dan Toilet”

    1. yaaah..kampus kog malah jorok yak. Eh, kamu bisa ikutin inisiatif anak SMPN 11 Bandung tuh…mereka bikin toilet bersih dan higienis di sekolahnya, dikelola 9 anak, minta sponsor sama NGO. Coba aja, siapa tau bisa. Good luck ya! :)

Tinggalkan Balasan