Apa yang terpikir ketika hari Sumpah Pemuda tiba? Jangan-jangan sudah lupa kalau tanggal 28 Oktober adalah hari Sumpah Pemuda. Pertama, mungkin karena tidak pemuda atau pemudi lagi hehee..atau selama ini semua sekedar perayaan belaka. Tidak ada artinya lagi kecuali bikin keseruan di twitter. :)

Buat saya, tanggal 28 Oktober adalah tanggal yang patut diingat. Kenapa? Karena pada tanggal tersebut Gerakan Indonesia Berkibar diluncurkan. Apakah itu gerangan? Sebuah gerakan dibidang pendidikan yang menggabungkan berbagai elemen seperti: Pemerintah, Perusahaan/ swasta, lembaga atau fasilitator yang mempunyai program pendidikan dan tokoh masyarakat/influencer untuk bergerak bersama-sama melakukan perbaikan di bidang pendidikan.

Sebagai seorang ibu, urusan pendidikan anak menjadi urusan penting dan seringkali bikin pusing kepala. Karena salah memilihkan sekolah untuk anak dampaknya bisa seumur hidup. Setiap orang tua pasti ingin anaknya mendapatkan pendidikan yang terbaik dan sesuai. Saya jadi ingat ketika mencarikan sekolah untuk anak. Hal pertama yang saya liat adalah lokasi, kondisi fisik sekolah dan kurikulumnya, selain biaya tentunya hehee…Ketika kemudian saya menemukan sekolah yang sesuai untuk anak saya, tiba-tiba saya melihat sesuatu bahwa ada bagian penting yang selama ini saya lupakan, yaitu guru. Mau sebagus apapun fisik sekolah dan kurikulumnya tetapi kalau gurunya tidak mempunyai kemampuan yang baik sebagai pengajar akan sia-sia bukan? Anak saya mempunyai guru favorit, dan setiap mata pelajaran yang diasuh guru tersebut dia belajar dengan riang gembira dan pulang selalu membawa cerita. Tanpa disuruh dia akan mengerjakan PRnya dengan senang hati atau mencari-cari bahan untuk tambahan materi pembelajaran dari guru tersebut. Dan dampaknya apa yang diajarkan guru tersebut nempel banget di kepala anak saya.

Walaupun fisik bangunan dan kurikulum juga penting, tetapi ketika gurunya mempunyai kapasitas dan kemampuan mengajar bagus, terkadang urusan fisik bangunan dan kurikulum tidak lagi menjadi kendala utama untuk membuat anak-anak maju dan berpikiran luas. Karena pada dasarnya belajar bisa di mana saja, dan materi pengajaran sekarang bisa didapat dengan mudah. Internet memudahkan kita untuk mencari informasi dan mendapatkan materi dari berbagai belahan dunia.

Saya selalu teringat dengan sekolah yang dibangun oleh Ki Hadjar Dewantoro, dia menyebutnya taman siswa. Kenapa dinamakan taman? Menurut pemahaman saya taman adalah tempat yang menyenangkan, di mana semua orang bisa datang. Bayangkan jika sekolah seperti taman, semua anak bisa belajar dengan senang, tanpa beban. Dan taman tidak selalu harus mewah dengan bangunan yang kokoh, tempat terbuka dengan pepohonan yang rindang dan bangku-bangku seadanya sudah sangat nyaman. Apalagi jika gurunya mempunyai kemampuan yang baik, sekolah tidak lagi jadi momok bagi anak-anak tapi menjadi tempat belajar yang menyenangkan.

Foto dari http://indonesiaberkibar.org

Sistem pendidikan di Indonesia yang masih compang-camping membuat prihatin banyak orang termasuk saya. Biaya sekolah (bagus) yang semakin mahal, dan beban kurikulum yang begitu banyak untuk mencetak anak-anak super membuat saya sebagai orang tua miris dan cemas akan nasib anak-anak kelak. Bukankah seharusnya semua orang bisa bersekolah dengan mudah dan bukan beban? Pendidikan adalah salah satu bagian penting untuk memajukan negeri ini, tetapi jika pendidikan tidak bisa diakses oleh semua kalangan, akan jadi apa anak-anak kita kelak? Sekarang jaman begitu terbuka, tidak ada lagi batasan antar satu negara dengan negara lain, sehingga persaingan pun semakin ketat. Mampu kah anak-anak kita bersaing dengan bangsa lain? Atau jangan-jangan kita kembali “terjajah” lagi?

Saya termasuk yang sangat “riwil” dengan masalah pendidikan, karena itu kunci utama agar manusia bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Lupakan dulu urusan negara, bagaimana mereka sanggup mengurus dirinya sendiri jika tidak mempunyai pendidikan yang baik? Bagaimana mereka bisa mandiri dan tidak membebani orang lain, jika sebagai manusia tidak bisa mengembangkan diri?

Keriwilan saya juga lah yang kemudian membuat saya mau bergabung dengan Gerakan Indonesia Berkibar. Karena gerakan ini juga mengusung tentang masalah pendidikan. Mungkin beberapa orang menyebutkan bahwa gerakan ini terlalu korporasi, tetapi buat saya siapa pun yang bisa membantu agar pendidikan di Indonesia bisa lebih baik saya mau bekerjasama. Karena saya percaya, saya tidak mungkin sendirian butuh banyak orang, lembaga, perusahaan dan pemerintah untuk memajukan pendidikan kita. Sudah gak jamannya kita bergerak sendiri-sendiri, kolaborasi itu harus. Dan kerjasama yang setara saling mendukung untuk kemajuan bersama itu yang terpenting.

Anda merasa kuatir dengan pendidikan di Negeri ini? Jangan hanya diam dan mengutuki pemerintah. Tidak akan ada perubahan apapun jika kita tidak melakukannya. Mari kita sama-sama berkolaborasi untuk memperbaikinya. Karena seperti kata Anies Baswedan, “Pendidikan bukan program tetapi gerakan. Dan semua pihak pemerintah, swasta dan masyarakat mempunyai tanggung jawab di dalamnya.”

 

Info tentang Gerakan Indonesia Berkibar bisa dilihat di :

Website : http://bit.ly/UEMRvq (www.indonesiaberkibar.org)
Twitter GIB : http://bit.ly/RWUmsG (@idberkibar)
FB : http://on.fb.me/SvOXJx
Video : http://bit.ly/RFCyCI
Lomba blog : http://bit.ly/PmX0f5

 

12 Replies to “Pendidikan, tanggung jawab siapa?”

    1. aku berharap lima tahun ke depan ada perubahan dengan sistem pendidikan Indonesia, baik biaya dan kualitas. Mari berdoa :’)

  1. jaman sekarang, pendidikan hanya di titik-beratkan pada nilai akademis nya siswa. kenapa malah tidak bisa seimbang antara akademis, sosial, agama, dan moral nya. mengasah ketrampilan nya juga. dan nilai akademis yang menjadi tolok ukur mutlak keberhasilan pendidikan seseorang. dan itu tidak adil, rasanya. mengingat keberagaman kemampuan tiap manusia itu berbeda. :(

    1. akademi berbagi sudah bergabung di gerakan ini, seharusnya bisa ya membantu semua akber di berbagai wilayah. nanti coba aku bicarakan :)

  2. Kurikulum urusan siapa? Barangkali gerakan ini bisa menjawabnya? Karena ketika saya tanya guru anak2 saya di SDNegeri, kata mereka tidak ada yang dapat mengubahnya. Semua sudah dari ‘atas’. Semoga yang membuat kurikulum sekolah adalah orang2 yang mengenal dunia anak sesuai usia mereka, tidak sekedar tahu. Majulah Indonesia.

    1. saya pernah ikutan seminar menjadi guru asyik dan menyenangkan dan sempat nanya perihal kewajiban memenuhi “Panduan” Kurikulum..

      Oleh pemateri malah dijawabnya : udah jadikan saja kelas tempat yang menyenangkan untuk belajar, dengan sendirinya kewajiban kurikulum akan terlewati dan siswa bisa mengerjakan soal2 ketika ujian versi negara

      Cuma memang ketika implementasi dilapangan yang perlu perjuangan hehe.

  3. Pemerataan kesempatan pendidikan itu yg sekarang urgent banget, nggak cuma di desa tapi di kota juga masih banyak anak usia sekolah yg nggak bisa sekolah. Dan pendidikan juga nggak melulu kelas formal gitu, bisa juga dalam bentuk kejar paket. Aku merasa informasi soal kesempatan ikut kejar paket ini terbatas banget dan sulit diakses. Apakah bentuk pendidikan yg semacam ini juga diperhatikan ID berkibar?

    1. ID Berkibar menerima masukan apapun tentang pendidikan, dan menjadi fasilitator untuk memecahkan persoalan2 dengan menghubungkan kepada beberapa pihak yang mempunyai kemampuan tersebut. Semoga bisa ditindaklanjuti yaa..

Tinggalkan Balasan