Di social media, topik soal perempuan yang tidak akan pernah habis diperdebatkan sampai lebaran kuda adalah lebih baik mana, perempuan bekerja atau menjadi ibu rumah tangga? Apalagi, konon ada ustaz yang juga ikut berkomentar (apa berdakwah), “Perempuan yang baik itu menjadi ibu rumah tangga.”

Jadi yang perempuan bekerja tidak baik nih? Bentar bentar, tahan dulu. Jangan sampai  terjadi pertumpahan (darah) debat di lapak saya ini.

 

Perempuan Cerdas Literasi Keuangan: Menjadi Tua dan Ber(jaya)daya

Perempuan dan Permasalahannya

Jadi gini, saya bukan mau membahas perseteruan di atas, tetapi sebuah data yang menarik dari BPS tahun 2014, bahwa perempuan memiliki harapan hidup lebih panjang, sehingga jumlah lansia perempuan lebih banyak.

Sampai di sini sudah paham? Jadi bakal banyak perempuan yang hidup sendiri di masa tuanya. Ada atau tidak yang memberikan nafkah, life must go on.

Bukankah ini sebuah persoalan serius? Lalu, siapakah yang akan membantu para perempuan lansia ini?

Tidak usah bicara soal lansia dulu. Saat ini banyak sekali perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga. Baik karena perceraian, suami kena PHK/pengangguran, ditinggal meninggal pasangan, ataupun perempuan single yang harus menafkahi orang tuanya.

Bisa jadi bekerja bukan karena pilihan, tetapi keadaan yang memaksa demikian. Setop dulu soal perempuan baik gak baik, ibu rumah tangga atau bekerja. Hajat hidupnya gimana? Siapa yang bakal menanggungnya?

 

Perempuan Cerdas Literasi Keuangan: Menjadi Tua dan Ber(jaya)daya

 

Perempuan Harus Melek Literasi Keuangan

Syukur Alhamdulillah, saat ini perempuan bisa bekerja di sektor mana pun. Bekerja di perusahaan ataupun membangun usaha sendiri. Bahkan, banyak juga yang membuka usaha rumahan disambi mengasuh anak dan mengurus keluarganya. Karena jika terjadi permasalahan keuangan, perempuanlah yang langsung menghadapi dampaknya. Karena urusan dapur (makan) dan anak ada di tangannya.

Walaupun banyak perempuan yang bisa menghasilkan uang, tetapi sering kali, uang yang mereka hasilkan habis untuk keperluan sehari-hari. Bagaimana mereka menjamin masa tuanya?

Data di lapangan menunjukkan, perempuan sangat rendah kemampuan literasi keuangannya. Atau, bahasa mudahnya, tidak banyak perempuan yang paham bagaimana mengelola keuangan dengan benar.

Perempuan melek finansial itu wajib. Bagaimana pun juga, bekerja atau menjadi ibu rumah tangga, perempuan adalah manager keuangan. Harus tahu berbagai instrumen keuangan seperti tabungan, asuransi dan investasi. Mengatur uang itu susah susah gampang, apalagi godaan konsumtif jaman sekarang sungguh luar biasa. Harus kuat mental menahan segala keinginan dan memikirkan jangka panjang.

Bicara keuangan dengan perempuan seakan berjarak. Literasi keuangan menjadi dominasi laki-laki. Hasil riset PPSW menunjukkan, dari 100 perempuan hanya 18 orang yang paham literasi keuangan.

Ada keengganan para perempuan yang mungkin disebabkan dunia finansial dianggap sulit, harus belajar lagi dan risikonya menyeramkan. Budaya kita juga mengajarkan, dari dulu yang ngurus duit itu lelaki, perempuan tugasnya menghabiskan. Hahaha. Maaf yang terakhir jangan dimasukan hati wahai para lelaki.

 

Perempuan Cerdas Literasi Keuangan: Menjadi Tua dan Ber(jaya)daya

 

Perlu Pelatihan Literasi Keuangan untuk Perempuan

PPSW bekerja sama dengan Citi Peka, sebuah program sosial kemasyarakatan dari Citibank Indonesia menunjukkan hasil yang menarik. Mereka mengadakan pelatihan literasi keuangan untuk perempuan di berbagai daerah di Indonesia.

Ternyata para perempuan yang sudah mengikuti pelatihan literasi keuangan kepercayaan dirinya lebih meningkat, tidak boros bahkan bisa membuat suami dan anaknya ikut berhemat. Dampak yang signifikan, bukan hanya melek produk finansial tetapi juga mengubah perilaku diri sendiri dan lingkungan.

Sudah seharusnya ini menjadi perhatian serius semua pihak, baik pemerintah, OJK, perbankan, organisasi sosial dan masyarakat. Seperti yang disampaikan mba Vera Makki Country Head Corporate Affairs Citi IndonesiaOne woman can make a difference, but together we can rock the world“.

Perempuan adalah bagian terpenting dari masyarakat. Jika ingin menjadikan bangsa ini kuat, maka kuatkan para perempuannya.

 

Perempuan Cerdas Literasi Keuangan: Menjadi Tua dan Ber(jaya)daya

 

Perjalanan masih panjang. Tetapi minimal, para perempuan bisa langsung bergerak melakukan perubahan. Mulailah melatih diri sendiri untuk belajar literasi keuangan dan melek finansial. Mau belajar dan paham berbagai instrumen keuangan. Tidak perlu menunggu dari pemerintah atau lembaga keuangan.

Sarana untuk belajar literasi keuangan semakin mudah dan banyak. Kalau kita sudah cukup mahir, ajari perempuan sekitar kita.

Jika setiap perempuan yang paham literasi keuangan mau mengajari perempuan lain di sekitarnya, maka semakin cepat dan semakin banyak perempuan yang bisa mengubah kehidupannya. Sehingga kelak ketika lansia para perempuan ini bisa hidup berdaya dan mandiri.

 

Tinggalkan Balasan