Minggu lalu dapat kesempatan sharing di acara International Women Day sebuah perusahaan, dan diminta ngomong soal personal branding melalui social media. Sepertinya tema personal branding banyak diminati akhir-akhir ini. Bisa jadi karena social media menjadi ajang yang paling mudah untuk “mengemas” dan “menjual” diri.
Dari semua hal yang saya sampaikan, personal branding itu bukan membangun perwajahan palsu atau menipu, justru kunci suksesnya personal branding adalah : be yourself. Kenapa? Interaksi di social media secara intensif cepat atau lambat akan membuka jati diri masing-masing. Kepalsuan akan terungkap, yang garing apalagi. Orang tahan “jaim” di social media cuma itungan bulan. Karena selalu ada orang-orang yang akan membuka kedok kita atau kita sendiri yang lupa berbohong karena jempol lebih dekat ke keypad daripada otak ke keypad.
Di social media kita bisa menjadi apa saja, atau siapa saja. Kalau dulu untuk jadi selebritis harus masuk TV berkali-kali dan itu susahnya minta ampun, sekarang siapa saja bisa jadi selebritis. Ada selebtwit (selebriti twitter), selebgram (selebriti instagram), dan artis youtube. Kita lebih mudah dikenal orang, asal memiliki karakter yang kuat dan unik. Tapi bicara soal personal branding bukan semata-mata untuk terkenal, tetapi lebih kepada bagaimana publik mengenal kita. Diantara berderet aktivitas dan potensi diri, mana yang hendak dijual ke publik. Kita bisa mengenal seseorang maksimal dalam 3 brand. Kalau kita multi talenta banget, tetep aja yang akan diingat maksimal 3. Sebagai contoh misalnya saya punya keahlian sebagai penulis, pengusaha, aktivis sosial, penari, dan penyanyi. Publik hanya mengenal maksimal 3 yang menonjol, bahkan kadang cuma satu saja sebagai penulis misalnya. Jadi pilih dulu, kita ingin dikenal sebagai apa, jangan terlalu banyak nanti malah jadi alugada = apa lu mau gua ada.
Personal branding sering disalahartikan sebagai pencitraan yang berlebihan. Mereka sibuk membangun citra yang bukan diri sendiri dan melakukan banyak “kebohongan” untuk memoles agar nampak sempurna. Kalau perlu bikin twitwar untuk menarik perhatian di online. Memang sih habis twitwar seringkali jumlah followernya naik, tapi apa itu tujuan personal branding? Hati-hati, dikenal negatif di online bisa jadi bumerang di aktivitas offline-nya.
Seperti yang saya sampaikan di atas, kunci personal branding adalah be yourself. Bukan berarti mengumbar semua hal personal ke timeline, tetapi mengangkat potensi yang memang dimiliki dan berbagi di online sesuai yang dijalani. Selain menjadi diri sendiri, kunci yang lain adalah genuine dan sincere. Menjadi pribadi yang unik akan mudah dikenali di online. Apalagi jika memiliki kemampuan unik, bakal banyak yang kepo dan tertarik berinteraksi. Konten yang dibangun pun harus unik, supaya mendapat respon diantara jutaan konten lain setiap detiknya. Contohnya bisa dilihat pada @radityadika kalau nulis di twitter kesannya ngasal tapi orang lain gak kepikiran bikin kayak gitu. Postingannya selalu memancing orang untuk mau berikteraksi. Gak heran jika dia memiliki jutaan follower.
Ketulusan mampu menggerakan hati orang, begitulah hukum di online dan offline. Walaupun dalam bahasanya tulisan atau gambar, sesuatu yang dikerjakan dengan tulus akan mengirimkan sinyal lebih kuat kepada orang lain. Tidak perlu menyombongkan diri, tetapi jangan rendah diri juga. Tunjukkan kemampuanmu yang unggul dengan tulus, tanpa perlu merendahkan yang lain. Ketulusan di online bisa dalam berbagai bentuk, misalnya membuat konten yang bermanfaat, berbagi informasi penting atau aktif di social movement. Tapi jangan diselip-selipin pesan nyinyir atau pamer ya. Berinterkasilah sewajarnya dengan tulus.
Berikut ini tips singkat membangun personal branding di social media :
- Pilih platform yang paling sesuai, dan kenali bagaimana cara berkomunikasi. Beda platform beda interaksinya.
- Update social media platform yang dimiliki secara rutin. Posting dalam jumlah wajar, jangan membanjiri timeline.
- Intinya social media adalah interaksi. Bangun komunikasi dengan baik, di online pun ada etikanya.
- Sesekali cross posting antar platform masih oke, tapi jangan keseringan dan terus-terusan
- Share konten yang bermanfaat buat orang lain, sesekali galau masih boleh. Manusiawi kan?
- Membangun cerita yang terkait dengan brand kita secara rutin. Cerita yang kuat diingat banyak orang.
- Menuliskan di blog tema yang sesuai dengan branding kita secara berkala akan lebih baik.
- Berjejaring dan terus belajar untuk meningkatkan kemampuan diri.
- Be yourself, genuine and sincere.
Oh gitu ya, coba saya praktekan
coba ya dipraktekan, manjur nggak hehehee
Hi mba ainun..salam kenal
thank you utk pencerahannya..masih pr bnget nih ttg personal branding
jika mendapat inspirasi dari berbagai sumber lalu dikemas kembali, apakah itu termasuk imitation publish?
tidak apa-apa sepanjang itu untuk share, supaya lebih bernilai sebaiknya dikaitkan dengan pengalaman pribadi dan proses menjalankan hasil inspirasinya