*Serial tulisan tentang orang-orang inspiratif*

Kali ini saya ingin menuliskan teman-teman yang menginspirasi saya. Teman di dunia nyata, ada yang ketemu di dunia maya, ada yang memang dari kecil “ubyang-ubyung” bareng.

Hidup di Jakarta, selama kurang lebih 10 tahun, membuat saya sebagai pendatang dari kampung seringkali merasa kehilangan “sesuatu”. Larut dalam hingar bingar papan reklame dan gemerlap mal dan kafe. Kekosongan yang terus menerus kadang menyesatkan. Makanya saya sangat bersyukur mempunyai teman-teman yang “down to earth”. Dengan mereka saya merasakan kehidupan yang apa adanya. Mereka tempat saya kembali, tempat saya menghibur diri dan membuat hidup lebih berarti. Teman-teman tempat saya me-recharge baterei.

To all my friend i love :

1. Siska Y

seorang editor yang sedikit individualis dan pemarah tapi punya suara bagus. Dia teman semenjak SMA di kampung, dan kemudian sama-sama merantau di Jakarta. Tempat saya menumpahkan segala kepenatan kepala dan hati. Tempat saya tidak berpura-pura dan menjadi diri sendiri. Teman nongkrong sejati, membicarakan  curhatan gak jelas ataupun gosip gak mutu berjam-jam sampai mal atau kafe tutup. Saya tidak mampu menuliskan panjang lebar, karena terlalu banyak dan terlalu dalam cerita-cerita perjalanan persahabatan kami sehingga tidak cukup tempat ini menampung semua. Hanya satu kalimat yang bisa saya sampaikan, dia sangat apa adanya, dan selalu memberikan bahunya untuk saya. Terimakasih Mama Ika atas hari-hari up and down-nya. Mari kita taklukan Jakarta, hahaha…!!!

2. Yuli P

bankir yang serius dan selalu berusaha keras untuk mendapatkan apa yang dia mau. Bersahabat sejak SMA dan sudah kenal sejak SMP, membuat kami saling mengerti tanpa perlu penjelasan. Karena kami berbeda kota, telepon lah yang menjadi alat komunikasi kami. Bertiga, saya-Yuli-Siska bersahabat dengan segala keunikan dan keterbatasan masing-masing. Jika saya patah hati atau sakit hati karena orang lain, dia dengan solidaritas yang tinggi ikut membenci sang oknum, walaupun saya sudah berdamai, dia tetap semangat membenci si pembuat sakit hati, hahaa… Dia pejuang yang gigih, pantang menyerah dan selalu berusaha keras untuk meraih mimpinya. Tidak yang didapat tanpa usaha, begitu motonya. Dengannya saya belajar tentang kegigihan dan ketangguhan. Hidup ini keras, tapi kita jauh lebih keras bukan? Terimakasih atas ribuan hari berbaginya, terimakasih atas tangis dan tawanya, karena hidup adalah perjuangan karena hidup adalah pembelajaran. Bertiga kami belajar tentang berbagi dan tetap membumi.

3. Oot, Steve, Anjas, Yudha, Penjol, Gepeng

Mereka adalah teman-teman dari SMA yang sama-sama merantau ke Jakarta. Lewat pertemuan rutin yang kami jalani, banyak hal yang bisa dibagi. Dulu ketika masih SMA kami satu geng, dan sekarang di Jakarta setelah bekerja dan berumah tangga kami tetap menjaga geng. Ada perubahan, pasti! Karena hidup adalah perubahan. Kami masing-masing sudah mempunyai kehidupan sendiri, tetapi tidak mengurangi jalinan komunikasi, karena kami sama-sama membutuhkan. Mereka teman tumbuh bersama, tempat saya rehat dan tertawa. Tempat kami melihat jejak masa lalu, bukan untuk terikat tetapi untuk menjadi cerminan dan pelajaran di hari-hari mendatang. Terimakasih teman-teman atas persahabatan tanpa batasan. Kepada kalian, saya sandarkan kebutuhan “ngakak dan nggelar dagangang gosip kampung“. Hahaaaa….

4. Dari dunia maya ke dunia nyata : Blogger BHI, khususnya : Ipul, Mitha, KW, dan Iqbal

Kalau ini, saya temukan di belantara ibukota, di sesaknya dunia maya. Baru bergaul dengan mereka, tetapi memberikan banyak inspirasi dan wawasan baru. Disini saya temukan “dunia apa adanya” seperti teman-teman saya sekampung, dengan berbagai latar yang berbeda. Gojekan kere, gak mutu terkadang saru menjadi materi pembicaraan utama. Tetapi jangan salah, di dalam gojek, ada aksi nyata untuk berbagi kepada sesama. Jangan cepat sakit hati dengan guyonan mereka, karena percuma, mendingan dinikmati sebagai hiburan gratis yang jarang di dapat di ibukota. Sangat terbuka, tidak ada prasangka dan original dengan kendesoannya. Tidak tampak statusnya sebagai eksmud Jakarta terutama pada Jum’at malam di seputaran depan bunderan HI. Saya akan mencari mereka untuk me-recharge baterei kehidupan saya, karena Jakarta memabukkan dan melenakan. Seringkali saya terlalu larut dalam arus Jakarta yang material dan konsumtif, lupa atas akar dan asal. Mereka membawa saya kembali ke bumi, melepaskan arus hedonis Jakarta yang memabukkan. Hidup ini pendek, tetapi tidak hanya untuk hari ini dan bukan untuk diri sendiri. Mereka mengajarkan kepada saya tentang persahabatan tanpa tuntutan tanpa batasan tanpa hitungan. Terimakasih teman, atas persahabatan tulus ditengah gemerlapnya EX Plasa dan Grand Indonesia. Mal megah itu tidak pernah menyilaukan kalian, Mal megah hanyalah gambar yang sebentar akan hilang. Karena hidup sesungguhnya adalah dibalik mal, dijalanan sempit tanpa gebyar lampu dan TV, di pengapnya kamar tak berventilasi, dengan semua keterbatasan yang nyata tetapi tidak menyurutkan untuk berbagi tanpa prasangka dengan siapa saja, dan dari mana saja.

4 Replies to “Teman-Teman Membumi”

Tinggalkan Balasan