Mari kita berkenalan dengan beberapa petarung dari Tapin dan Banjar Kalimantan Selatan.
Pak Kholili
Lelaki setengah baya, kelahiran Kalimantan tetapi memiliki logat bicara orang Jawa. Jangan heran, karena orangtuanya adalah peserta transmigrasi dari Jawa. Kata “nggih” masih sering meluncur dari mulutnya. Begitu pun istrinya. Pasangan yang gigih membangun usaha, dimulai dari membuat kolam pemancingan kemudian berkembang menjadi rumah makan yang laris dan menjadi pasar bagi peternak ikan dan lele di daerah sekitarnya.
Berawal dari keinginannya untuk membuka usaha kolam pemancingan, sebagai tempat rekreasi keluarga. Di daerah tersebut, Binuang Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan, masih jarang tempat hiburan.
Bermodalkan tanah yang letaknya dekat daerah wisata Batu Hapu, Pak Kholili memulai usahanya. Dari para pemancing, mereka sering kali diminta untuk memasak ikan hasil tangkapannya. Kebetulan ada Bu Kholili yang jago memasak. Klop sudah.
Dari saung kecil kemudian berkembang menjadi beberapa saung makan yang cukup luas. Tamu yang datang bukan hanya saat hari libur, tetapi tiap hari. Dan jadi langganan berbagai instansi serta kantor untuk rapat dan makan siang.
Usaha rumah makan pun semakin besar. Kebutuhan ikan dan sayuran tidak lagi tercukupi hanya dari tempatnya sendiri. Mulailah mencari suplier ikan dari luar. Dari situ kemudian bermunculan para pengusaha ikan dan lele. Mereka saling mendukung satu dengan yang lain, agar usahanya bisa berjalan dengan baik. Dengan berjalannya waktu kemudian dibentuklah koperasi agar usaha kecil mereka semakin kuat dan besar.
Bu Suharti & Bu Rita
Dua perempuan tangguh yang mampu membuat perubahan di lingkungannya. Bersama 10 ibu-ibu lain mereka membangun usaha kecil, yaitu abon lele dan abon ikan.
Hanya bermodalkan peralatan sederhana serta pengetahuan pas-pasan, mereka memulai usaha. Karena ibu-ibu ini juga memiliki kesibukan lain, usaha ini hanya dijalankan pada Sabtu-Minggu. Di awal, mereka hanya bisa mengolah 10 kg abon, itu pun beberapa kali mengalami kegagalan dan kesalahan. Sambil terus berproduksi, mereka belajar dari berbagai orang dan lembaga. Mereka rajin mendatangi pertemuan pemberdayaan UKM. Perbaikan pun dilakukan di sana sini sehingga akhirnya mampu menghasilkan 100 kg lebih abon dalam satu kali produksi dengan kemasan yang rapi dan higienis.
Produk mereka bukan hanya dijual di warung, tetapi juga sudah merambah di pasar modern seperti Giant dan Alfamart. Belum lagi pembeli yang mau dijual lagi ke berbagai kota.
Sampai saat ini, dengan hanya dikerjakan weekend, mereka sudah menjadi UKM mandiri dan memberdayakan perempuan di sekitarnya. Pasar abon ikan sendiri masih terbuka lebar.
Mereka masih menimbang apakah akan meningkatkan kapasitas produksi menjadi tiap hari. Bukan hanya memikirkan untuk membesarkan usaha, mereka juga dengan suka hati berbagi ilmu kepada yang lain. Anak-anak SMK, dan kelompok ibu-ibu yang lain.
Walaupun sudah cukup besar, mereka tidak berhenti untuk belajar. Berbagai undangan pelatihan dan workshop mereka datangi. Prestasinya pun sudah cukup banyak dan mendapatkan berbagai penghargaan.
Pak Gunadi
“Tanah di Jawa sudah terlalu sempit, sehingga saya memberanikan diri merantau ke Kalimantan.”
Begitulah awal mula cerita Pak Gunadi, peternak ayam yang sukses di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Berawal dari menjadi buruh tani karet, kemudian berkembang menjadi petani karet yang memiliki lahan sendiri.
Selama memiliki perkebunan karet, Pak Gunadi melihat kebutuhan pupuk sangat besar. Kemudian dia mencoba untuk memiliki usaha pupuk sendiri. Bagaimana caranya? Dari hasil ngobrol dengan penjual pupuk, dia mendapatkan informasi untuk membangun peternakan ayam potong bermitra dengan perusahaan.
Yang perlu disiapkan adalah lahan beserta kandangnya. Untuk bibit anak ayam, makanan, serta pasarnya sudah ada perusahaan yang menampung. Dari peternakan tersebut, akan dihasilkan pupuk yang dibutuhkan untuk kebunnya.
Akhirnya dengan bulat tekad dan kegigihan, Pak Gunadi memulai usaha beternak ayam. Awalnya banyak masalah dan kendala, tetapi pak Gunadi tidak menyerah. Dia terjun langsung mengelola usahanya dibantu dengan 2 karyawan plus satu orang anaknya.
Ketelatenan dan kemauan untuk terus belajar membuat usaha ayamnya berkembang pesat. Bukan hanya ayam potong tetapi juga bisnis pupuk. Pak Gunadi tidak ingin besar sendirian. Dia pun mengajak teman-temannya untuk beternak ayam dengan sistem kemitraan.
Selain menularkan ilmunya, Pak Gunadi juga membantu teman-temannya untuk menjalankan usahanya supaya bisa berjalan dengan baik. Sekarang usahanya berkembang dengan pesat. anaknya pun diberi satu kandang supaya mandiri dan kelak bisa melanjutkan usahanya.
Setiap panen ayam, jika ada kelebihan dari target, pak Gunadi tidak segan untuk membagi daging ayam kepada warga sekitar.
“Janganlah hanya dapat baunya saja, mereka harus dapat dagingnya juga.”
Mereka Para Mitra Yayasan Dharma Bhakti ASTRA di Tapin dan Banjar Kalimantan Selatan
Cerita para pelaku UKM itu saya dengar langsung ketika berkunjung ke Kabupaten Tapin dan Banjar Kalimantan Selatan. Perjuangan pengusaha kecil yang pantang menyerah dan terus belajar untuk mengembangkan dirinya.
Apakah mereka selalu sukses? Sudah pasti mengalami banyak kegagalan. Tetapi mereka tidak menyerah.
Apakah mereka tidak ada yang membantu? Adalah Yayasan Dharma Bhati ASTRA (YDBA) yang memiliki unit Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) di 14 daerah, salah satunya di Tapin dan Banjar Kalimantan Selatan yang menjadi kawan para pelaku UKM.
LPB bukan hanya memberikan pelatihan, tetapi juga memberikan akses untuk permodalan dan pasar. selain itu LPB juga mendampingi, seiring sejalan dengan para UKM sepanjang dibutuhkan. Hubungan mereka bukan lagi lembaga dan pengusaha tetapi menjadi keluarga.
Komitmen YDBA untuk memajukan UKM sehingga menjadi sebuah bisnis yang besar dan mandiri sudah dilakukan sejak tahun 1980. Mereka percaya ini bukan pekerjaan mudah dan pendek, tetapi penuh tantangan dan jangka panjang.
Pengalaman Astra dalam industri manufacturing, ingin diaplikasikan dalam pengembangan usaha kecil sehingga para UKM bisa berkembang menjadi industri yang terus bertumbuh dan berkelanjutan. Sebuah cita-cita luar biasa dan berdampak nyata.
Problem terbesar negeri ini adalah kualitas manusia. Begitu juga di dunia UKM. YDBA memiliki komitmen untuk mengembangkan manusianya bukan sekedar bisnisnya. Makanya mereka terus hadir untuk menemani perjuangan para UKM. Tidak selalu tentang cerita sukses, yang gagal pun banyak. Tetapi YDBA tidak pernah menyerah.
Semoga program ini terus berjalan dan melahirkan banyak UKM tangguh dengan manusia yang berkualitas seperti Pak Kholili, Ibu Suharti, Ibu Rita dan Pak Gunadi.
Apa saja sih yang dikerjakan oleh YDBA dengan LPB nya? Silakan kunjungi :
website : YDBA, Facebook : Yayasan Dharma Bhakti Astra, twitter : @ydba_astra
sebuah kisah yang sangat menginspirasi saya