Hiruk pikuk PILKADA DKI seolah membenamkan berita-berita lain. Ahok dan Anies berkali-kali menjadi treding topic di media sosial. Tidak ada hari tanpa memperbincangkannya. Dari timeline media sosial hingga obrolan arisan ibu-ibu. Dari bahasan serius, isu SARA hingga bercandaan anak-anak.
Kata kafir mungkin menjadi yang paling sering diucapkan mengalahkan yang lain. Jakarta rasa Indonesia.
Pilkada DKI dan Indonesia
Memang tidak bisa dipungkiri, Jakarta merupakan barometer Indonesia dalam segala aspek. Sebagai ibukota negara sudah sewajarnya pemilihan kepala daerah menjadi sorotan di mana-mana.
Apalagi calonnya Ahok, seorang warga minoritas dobel. Udah cina, kristen pula. Sang gubernur petahana yang telah melakukan banyak perubahan sehingga mendapatkan angka 70% tingkat kepuasan kinerja dari warganya.
Belum pernah terjadi kepala daerah yang mendapatkan prestasi setinggi itu. Ternyata, walaupun warganya puas, bukan berarti menjadi jalan mulus untuk memenangkan pertarungan.
Lagi-lagi urusan agama dan etnis masih menjadi preferensi pilihan masyarakat Jakarta yang konon berpendidikan dan maju.
Gaduhnya PILKADA membuat kedatangan sang wakil presiden Amerika Serikat tidak berbunyi apa-apa, bahkan di media sosial.
Bukankah seharusnya menjadi pembahasan penting, ada apa gerangan sang wapres sudah muncul di sini padahal baru dilantik? Adakah hal krusial yang harus diselesaikan di Indonesia? Apakah ada hubungannya dengan ontran-ontran di Freeport, yang pemegang saham utamanya sekarang menjadi penasehat khusus Presiden Trump. Entahlah.
Indonesia yang Gaduh, Baik Offline Maupun Online
Indonesia, dengan segala keriuhannya, masih menjadi negara seksi di mata dunia. Jumlah penduduk yang besar dan potensi sumber daya alam yang berlimpah merupakan sasaran empuk bagi pasar bisnis dunia.
Walaupun negara berkembang, tetapi mata dunia seakan tidak pernah lepas. Dari isu politik hingga video porno artis menjadi bahasan media-media internasional. Bahkan Paris Hilton pun rajin menyambangi Bali. Konon bukan sekedar party atau liburan, tetapi membuat trending topic.
Jadi selain sumber daya alam, kicauan manusia Indonesia di online sering menciptakan trending topic. Itu potensi atau kelemahan? Silakan analisis sendiri.
Indonesia dan UU Minerba
Ngomongin soal sumber daya alam, mengingatkan pada UU Minerba (Mineral dan Batu Bara). Apa kabarnya?
Pemerintah seperti maju mundur cantik … eh ragu-ragu untuk menerapkan. Memang bukan hal yang mudah membuat larangan ekspor bahan mentah, secara sudah puluhan tahun banyak perusahan lokal maupun multinasional yang menikmati berkahnya.
Tanpa perlu mengolah atau membuat smelter, hasil tambang mentah langsung diekspor dan menghasilkan keuntungan yang besar.
Sayangnya itu hanya dinikmati segelintir pihak. Padahal amanat UUD 1945 mewajibkan hasil kekayaan alam harus untuk menyejahterakan rakyat banyak.
Untuk itu, penerapan UU Minerba yang melarang ekspor bahan mentah dan mewajibkan pengolahan mineral dan batubara harus segera diterapkan dengan konsisten.
Perubahan Kondisi, Bisa?
Perubahan sering menimbulkan pro dan kontra. Karena perubahan selalu “mengganggu” kenyamanan. Keberanian serta ketegasan pemerintah sangat diharapkan dalam hal ini. Bagaimana pun juga kepentingan yang lebih besar harus diutamakan, yaitu kesejahteraan rakyat Indonesia.
Koalisi Masyarakat Sipil adalah salah satu yang mendorong keras pemerintah untuk tegas dalam menerapkan UU Minerba.
Walaupun perjuangannya tidak sempat trending topic dan tenggelam dalam keriuhan PILKADA DKI, tetapi patut diacungi jempol. Bagaimana pun harus tetap ada yang mengawal isu-isu mengenai pertambangan karena menyangkut hajat hidup orang banyak.
Semoga pemerintah mau mendengar perjuangannya dan tegas serta transparan dalam menerapkan kebijakan pengelolaan pertambangan. Salut untuk mereka yang terus berjuang di jalan sunyi tanpa tepuk tangan dan penghargaan demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.