Minggu lalu ketika long weekend bertemu dengan keluarga muda yang sedang liburan. Di pesawat, di hotel dan di tempat-tempat wisata banyak melihat anak-anak dan bayi yang hiruk pikuk.
Dari semua pemandangan yang saya liat, tidak hentinya saya bersyukur. Di pesawat, ada anak yang teriak-teriak sepanjang perjalanan, berdiri di kursi, menendang meja di depannya dan kadang merosot di lantai. Gak Mau pake sabuk pengaman dan marah-marah jika dipaksa untuk memakai sabuk. Ibunya di sebelah berusaha sabar dan gak ikut ngamuk, membujuk anaknya supaya mau duduk dan tidak teriak-teriak.
Di sebuah tempat wisata, seorang anak sedang mengamuk. Ibunya dipukulin, dan teriak-teriak tanpa jelas maksudnya apa. Dan satu hal yang membuat saya terbengong dan nyaris pengin mukul anak tersebut adalah dia meludahi ibunya berkali-kali. Duh Gustiii…saya berusaha menahan diri untuk tidak bicara atau menampar mulut sang anak. Saya sadar diri, buat Ibunya sudah cukup berat untuk menahan diri dan berusaha menaklukan anaknya, kalau ketambahan komentar saya pasti makin gusar hatinya. Saya terdiam dan tidak mau melihat lagi.
Belum lagi, malam-malam ada anak yang tidak bisa tidur, minta gendong ibunya terus jalan-jalan muterin hotel. Padahal mungkin seharian Ibunya sudah capek ngasuh dan menemani anaknya bermain. Tetapi anaknya tidak bisa segera tidur dan minta digendong serta diayun-ayun.
Tuhan Maha Tahu dan Maha pengasih, saya umatNya yang tidak punya kesabaran level ibu-ibu di atas, maka saya dianugerahi anak yang manis. Saya hampir tidak pernah begadang semenjak putri saya masih bayi, saya tidak pernah gendong semalaman karena anak rewel. Saya juga jarang menemui anak saya tantrum. Semenjak kecil sudah (harus) ikut ibunya bekerja kemana-mana dan bahkan keluar kota. Putri saya bisa duduk manis selama di pesawat, kalaupun rewel cuma sebentar. Hingga sekarang usianya 10 tahun, saya bisa mengajak bicara dan dia bisa dilarang tanpa ngamuk. Paling banter kami adu argumentasi kenapa itu tidak boleh. Saya juga tidak pernah mengalami dipukuli anak, apalagi diludahi. Kalau sampai itu terjadi, sangat mungkin tangan saya sudah melayang ke mulutnya. Iya saya tidak punya kesabaran yang besar.
Saya beruntung, hingga hari ini putri saya tidak pernah menguji kesabaran tingkat dewa.
Terimakasih Ya Allah, Terimakasih Kika
Dari pengamatan saya, kebiasaan diajak ngobrol sejak bayi (bahkan sebelum bisa bicara) membuat anak kecil lebih mudah paham dan dipahami Mbak.
Salut untuk Kika, salut juga untuk ibunya.
Waaah..beneran deh kemaren itu aku gak henti2nya bersyukur dan gemes pengin mithes anak2 itu hahaaa…
Cara komunikasimu ke Kika kayak apa, Mbak? Aku mau belajar. :)
Aku sih ngomong aja Numeh, terus aku aku bilang ditinggal kalo gak berhenti nangis ya ditinggal beneran *ngumpet* udah habis itu gak pernah lagi. Gak semua yg dia minta diturutin, waktu bayi aku alih2in. Ya gitu deh panjang cyiiin kalo ditulis di sini. Mungkin kamu bisa ikut tipsnya Tika Sabai dan Yeni Setiawan di komen ini juga
Juga sejak bayi, meskipun kelihatannya belum ngerti, anak udah harus dibiasakan kita ajak komunikasi. Misalnya kenapa nggak boleh mukul, lalu kalau nggak boleh mukul seharusnya gimana, dll. Penjelasannya bisa panjang sih, tapi ya emang itu penting :D
Pas honeymoon kemarin aku nyaris ngamukin ibu2 yang ngediemin anaknya nangis kuenceng banget gara2 gak mau duduk dan pakai safety belt di pesawat. Itu anak nangis nonstop sepertiga perjalanan awal dan akhir. Ibunya diem aja. Aku gak paham ibu2 yang ngebiarin anaknya tantrum dan menganggu orang lain. Semoga Gusti Allah juga menyadari keterbatasanku dalam bersabar saat nanti nambahi rejeki anak lagi :’)
Hahahaaa…ini nih si Emak turun gunung. Tapi susah lagi cyiiiiin menenangkan anak ngamuk itu, mungkin didiemin udah yg paling baik. Kalo dilarang atau dimarahin jangan2 makin horor hahahaa
:)
Emak yang luar biasa. Anaknya juga ikut luar biasaaaa….
*peluk Om Inda*
Luar biasa Ibu ini. Anakku lho yg masih 2,5thn masih mengingatmu dgn baik Mbak. Kalau ditanya “Dek waktu di Dome, ikut Abah ke Akber, ketemu siapa Dek?” pasti lsng jawab; “Tante Ainun”. Ngelihat fotonya lg digendong wkt di Dome, “Itu yg gendong adek Bila siapa?, Tante Ainun”. Sebegitunya dia mengingatmu Mbak..
Duuuuh…jadi terharu. Salam sayang buat Bila :’)