Berbicara di depan para GUSDURian –sebutan untuk para penerus perjuangan Gus Dur- tentang social media adalah pengalaman pertama yang cukup menantang sekaligus menyenangkan. Dalam rangka Haul KH Abdurrahman Wahid di Jombang, para GUSDURian ini berkumpul dan berusaha merajut kembali kepingan-kepingan perjuangan yang berserak diantara murid-murid dan kelompok murid yang tersebar di berbagai wilayah.

Sempat bertanya pada diri sendiri, apakah cocok berbicara tentang social media di depan para pejuang lapangan? Mereka terbiasa beraktivitas langsung sesuai bidang masing-masing ada yang sebagai petani, pedagang, santri, kyai, ustad ataupun aktivis jalanan. Waktu mereka di depan komputer atau browsing di HP mungkin hampir tidak ada atau bahkan beberapa belum mengenal apa itu social media.

Tetapi cerita dari mba Alissa, selaku koordinator GUSDURian, pengalamannya berbagi nilai-nilai dan perjuangan Gus Dur di social media mendapat tanggapan yang cukup signifikan. Bahkan hasil survey ada ratusan page facebook yang mengatasnamakan Gus Dur ataupun KH Abdurrahman Wahid. Saya pun bersemangat untuk berbagi manfaat social media kepada mereka. Karena saya berkeyakinan mungkin sekarang mereka belum banyak yang menggunakan social media tetapi kelak social media adalah media penghubung yang paling efektif dan murah untuk menjalin kerjasama dan koordinasi GUSDURian yang berserak di segala penjuru negeri bahkan sampai ke luar negeri sehingga menjadi komunitas yang solid.

Hampir semua yang hadir di acara kumpulan GUSDURian tersebut mempunyai Facebook, dan masih sedikit yang paham twitter. Tetapi itu adalah realita yang menggembirakan, bahwa tuduhan para GUSDURian tidak paham dan tidak menggunakan social media tidak benar. Dengan Facebook saja mereka sebenarnya bisa memaksimalkan fungsi social media untuk bertukar informasi dan memberikan bantuan serta dukungan untuk gerakan mereka. Tidak usah muluk-muluk, jika setiap leader di kelompok per wilayah mempunyai facebook atau social media lainnya, sudah cukup untuk menjalin komunikasi dan menyatukan gerakan dalam rangka memperjuangkan kembali nilai-nilai positif Gus Dur.

Mungkin benar mereka hanya petani atau santri, tetapi dengan kemudahan dan kemurahan HP smartphone bukan tidak mungkin tidak lama lagi mereka semua akan terkoneksi dalam sebuah wadah yaitu social media. Siapa bilang petani tidak butuh internet? Justru jika mereka diajari untuk mengakses internet, memudahkan mereka untuk mendapatkan informasi mengenai segala hal yang berkaitan dengan pertanian. Begitu juga dengan pedagang, guru, dan santri. Ilmu di internet berserakan tinggal kita mau memanfaatkan atau tidak.

Saya percaya, jika diberi akses dan kesempatan, setiap orang dapat menggunakan internet ataupun social media. Dan tidak akan lama lagi para GUSDURian dapat terhubung dan berkomunikasi melalui social media serta memanfaatkan internet untuk kemajuan aktivitas mereka. Tidak ada yang tidak mungkin. Para koordinator GUSDURian bisa memulai untuk mengedukasi para ketua kelompok atau tokoh-tokoh muda, yang selanjutnya akan menyebar seperti virus.

Pemanfaat jaringan online untuk mengembangkan komunitas adalah pilihan yang paling murah saat ini, dengan kondisi wilayah Indonesia yang terpecah-pecah di berbagai pulau dan biaya transportasi yang cukup mahal. Jika janji pemerintah dalam mewujudkan desa teknologi dapat terealisir di seluruh  Indonesia, maka semua wilayah akan terhubung melalui jaringan online. Dengan internet kita tidak hanya bertukar informasi, tetapi dapat menggerakkan massa untuk mengusung suatu issue atau perubahan untuk kebaikan. GUSDURian sebuah komunitas yang sudah mempunyai kaki di seluruh wilayah terutama Jawa akan jauh lebih efektif jika ada yang mewadahi dan bisa diakses dengan mudah seluruh anggotanya maupun orang luar yang tertarik atau ingin mengetahui aktivitasnya, sehingga pengembangan jaringan bisa lebih cepat. Wadah itu bisa berupa social media, website blog ataupun yang lainnya. Apapun bentuknya tidak jadi masalah, sesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan akses anggotanya.

Kelak jika GUSDURian sudah terwadahi dengan baik di social media atau website, dengan database yang cukup rapi bukan tidak mungkin akan menjadi penggerak utama perubahan dan issue-issue strategis terutama yang berkaitan dengan perjuangan Gus Dur : toleransi, ke-Bhinneka-an, ekonomi kerakyatan dan Islam Rahmatan lil alamin.

Ingat pelajaran marketing tentang penjual sepatu? Salesman 1 di kirim ke suatu daerah dan ternyata di daerah tersebut seluruh penduduknya tidak menggunakan sepatu. Maka pulang lah dia ke kantor pusat dan bilang, “kita tidak bisa menjual sepatu di sana.” Salesman 2 pun di berangkatkan ke daerah yang sama. Dia tetap tinggal dan bergaul dengan penduduk setempat. Dan memberikan penjelasan tentang sepatu dan manfaatnya. Tidak lama kemudian, di daerah tersebut menjadi pasar baru penjualan sepatu.

Mau pilih Salesman 1 atau 2? Tidak ada yang instant untuk sebuah perjuangan. Tidak ada yang cepat untuk sebuah perubahan. Konsisten dan ketekunan tetap menjadi kunci keberhasilan.

Tinggalkan Balasan