Bulan Desember lalu saya berkesempatan ke pulau surganya para surfer. Bukan buat liburan atau surfing, tetapi mengunjungi anak-anak sekolah di Mentawai untuk menyerahkan sepatu.
Kenapa sepatu?
Perjalanan ke Mentawai
Hari itu adzan Subuh belum berkumandang, tetapi saya dan Motulz sesama blogger beserta teman-teman dari ASTRA International harus berangkat ke Pelabuhan Muaro Padang untuk mengejar Mentawai Fast, kapal cepat menuju Mentawai.
Sebelumnya sempat deg-degan bakal mabok laut. Maklum saya anak gunung. Tapi ternyata kapalnya cukup besar dan nyaman. Alhasil sampai Tua Pejat Pelabuhan di pulau Sipora, ibukota Kepulauan Mentawai tetap sehat walafiat. Perjalanan ditempuh dalam waktu sekitar 4 jam, dan langsung menuju kantor Bupati.
Kebetulan Bapak bupati sedang tugas luar, kami pun bertemu dengan wakil beserta stafnya.
Ternyata perjalanan belum sampai tujuan yang semestinya. Saya beserta rombongan dari ASTRA International, hanya mampir di kantor bupati dan harus melanjutkan naik kapal milik pemda menuju salah satu sisi pulau Sipora. Walaupun masih satu pulau, kami harus naik kapal menyusuri lautan, karena belum ada jalan darat yang bisa ditempuh dengan kendaraan.
Perjalanan ke Sipora
Kapal pemda sih bagus, tetapi karena gak besar dan ombak cukup tinggi, jadilah kepala saya pusing tujuh keliling. Akhirnya saya mabok, sodara-sodara!
Cuaca yang tidak menentu, membuat kami disambut hujan ketika sampai lokasi acara. Kapal pun tidak bisa merapat, harus turun dan tukar dengan perahu kecil menuju daratan. Untung kostum baju dan sandal memungkinkan saya nyebur ke laut gak pake repot. Motulz dan teman-teman lainnya harus melepas sepatu dan menenteng sampai ke daratan.
Hujan tidak menyurutkan anak-anak dan masyarakat untuk menyambut kedatangan kami. Anak-anak menari dengan kostum seadanya. Tanpa alas kaki dengan tanah yang tajam-tajam karena banyak serpihan kerang dan bebatuan. Mereka terus bergoyang dengan gembira. Tarian adalah simbol penghormatan untuk para tamu. Walaupun kepala masih terasa oleng, tapi saya pun larut dalam kegembiraan mereka
GenerAKSI Cerdas Indonesia – ASTRA International
Saya jadi paham, kenapa ASTRA International melalui kegiatan CSR nya GenerAKSI CERDAS Indonesia menyumbangkan banyak sekali sepatu.
Anak-anak itu begitu aktifnya: menari, olahraga dan bermain ke pantai. Jalanan yang dilalui banyak serpihan karang dan bebatuan, kalau diinjak dengan kaki telanjang rasanya sakit banget. Sekali dua kali sih enak, berasa pijet refleksi, tetapi lama-lama bisa lecet semua!
Apa yang dilakukan ASTRA International bukan sekadar seremoni memberikan sumbangan. Sebelumnya mereka sudah mengirimkan tim untuk melakukan assessment kebutuhan sekolah dan melihat sekolah mana saja yang perlu dibantu serta bantuan apa yang diperlukan.
Bukan hanya sepatu, tetapi juga perlengkapan sekolah untuk membantu kelancaran proses belajar mengajar.
Dalam acara penyerahan bantuan sepatu dan perlengkapan sekolah, dipilihlah desa Betumonga dusun Taraet Kecamatan Sipora Utara.
Ada 3 SD dan 1 SMP baru dibuka. Selama ini, kalau meneruskan SMP mereka harus pergi ke ibukota yang cukup jauh jaraknya. Mereka harus kos atau tinggal di rumah saudara. Sehingga banyak anak yang hanya lulusan SD. Sekarang mereka telah memiliki SMP. Walau bangunan masih menumpang di SD, tapi tidak mengurangi semangat guru dan para muridnya.
Mereka Berjuang Sendirian
“Kami merasa tidak sendiri lagi” begitulah sambutan dari Bapak Wakil Bupati Rijel Samaloisa. Sebuah pernyataan yang menyentuh hati. Saya pun termenung cukup lama. Ternyata kehadiran kami sangat berarti bagi mereka. Karena selama ini tidak ada yang memperhatikan mereka. Mereka berjuang untuk mencerdaskan warganya sendirian.
Salut dengan ASTRA International yang mau jauh-jauh ke pedalaman, “menemani” perjuangan teman-teman di daerah terpencil, termasuk ke Mentawai ini.
Kegiatan di Mentawai tidak selesai hari itu saja. Tim ASTRA International masih ada yang ditinggal untuk keberlanjutan program.
Saya kagum dengan kesungguhan dan totalitas perusahaan ini. Dengan anak perusahaan yang banyak, ASTRA International memiliki beragam program CSR, dalam satu payung besar SATU Indonesia. Bukan hanya pendidikan, tetapi juga kesehatan dan pemberdayaan ekonomi.
Besoknya, jam 3 dini hari, kami harus meninggalkan Mentawai.
“Sampai jumpa lagi Mentawai, dan teruslah menari anak-anakku dengan sepatu barumu“.
Kami pun melanjutkan perjalanan ke pulau paling utara yaitu Sabang. Ada apa di Sabang? Tunggu cerita saya berikutnya, tentang : Duniaku kini cemerlang!
One Reply to “Sepatu untuk Mentawai”