Kota Medan bukan pertamakalinya saya datangi, Mengajar di kelas @akberMedan ini untuk kedua kalinya. Sebagai kota terbesar di pulau Sumatera, hampir semua jalur penerbangan atau kereta api melalui kota ini. Karena Medan dilalui dalam perjalanan Lhokseumawe ke Labuhan Batu, gak ada salahnya untuk singgah, berbagi dan bertemu para relawannya. Sebagai sebuah kota besar, Akber Medan tidak terlalu aktif, bahkan relawannya tidak banyak dibanding kota-kota lainnya. Terkadang kota-kota yang cukup besar justru lebih sulit membangun semangat kerelawanannya, mungkin karena kesibukan menelan mereka sehingga susah berbagi waktu untuk gerakan sosial.
Perjalanan menuju Medan dari Lhokseumawe kami tempuh dengan menggunakan bus Sempati Star. Berangkat dari Lhoseumawe menurut jadwal jam 10 malam sehingga bisa tiba di Medan pukul 5 pagi. Tetapi karena penumpangnya cuma kami berdua, terpaksa dipindahkan ke bus yang berangkat jam 11 malam. Alhasil jam 6 pagi kami baru sampai Medan. Suasana sudah terang benderang. Kepsek Medan, Zaki menjemput kami untuk kemudian diantar ke Raz hotel, tempat kami menginap selama di Medan. Tidak cukup banyak waktu untuk beristirahat, karena jam 10 pagi kami sudah harus talkshow di 3 radio kemudian langsung mengajar di kelas Akber Medan. Dengan badan gliyengan, saya berusaha keras untuk menjalankan semua rangkaian kegiatan di Medan. Cukup deg-degan dan takut puasanya batal. Tapi alhamdulillah selama shaum sharing tetap puasa dan tidak batal satu hari pun.
Rangkaian talkshow di radio mulai dari radio Visi FM, kemudian lanjut ke radio Most FM dan terakhir harusnya di radio Mutiara FM. Tetapi yang terakhir batal karena ada miss komunikasi. Beruntung sih ada yang batal, jadi saya masih punya kesempatan tidur sebentar sebelum mengajar. Radio Visi FM dan Most FM adalah radio yang sangat dikenal di Medan. Dalam talkshow tersebut, berdua dengan kepsek Zaki kami berbagi informasi mengenai Akber Medan dan kelas Shaum Sharing. Harapannya, setelah talkshow di radio makin banyak yang mau bergabung dengan Akber Medan.
Kelas Akber Medan kali ini di rumah salah satu dosen senior USU, Bapak Sitorus. Rumahnya yang nyaman menjadi tempat berkumpulnya anak-anak muda. Dan uniknya, di Medan menu buka puasanya nasi kucing. Eh, ini di Medan apa Jogja ya :) Bapak Sitorus bukan hanya menjadi tuan rumah, tetapi juga ikut serta menjadi murid di kelas. Saya cukup terharu dengan antusias beliau untuk belajar. Di semua kota, saya sharing mengenai materi yang sama tentang “Optimalisasi Komunikasi Online” karena hampir semua orang punya gejet tetapi belum tahu bagaimana memanfaatkannya secara benar. Suasana kelasnya lebih santai, para murid duduk lesehan. Pesertanya rata-rata anak muda yang sudah bekerja dan beberapa mahasiswa dengan jumlah sekitar 20 orang.
Akhir kelas, saya mendapat penghargaan dari tuan rumah berupa ulos dengan doa semoga sehat dan selamat. Proses pemberian ulos, seperti layaknya mangulosi, konon harus diserahkan oleh orang batak asli supaya sah :) Bangga rasanya diberi penghargaan yang luar biasa. Dan bener sih, Shaum Sharing berjalan dengan selamat dan tetap sehat sampai kembali ke Jakarta. Terima kasih doanya Pak Sitorus.
Malamnya, kami mengadakan rapat relawan untuk membahas Akber Medan. Zaki sebagai pendiri sekaligus kepala sekolah sudah cukup lama mengelola gerakan, sehingga saatnya berganti kepemimpinan. Beberapa kendala dan masalah kami diskusikan untuk mendapatkan jalan keluar. Senang, akhirnya relawannya masih bersemangat dan bakal mencoba beberapa pilihan jalan untuk menyelesaikan problem mereka. Semoga beneran dilaksanakan dan Akber Medan semakin besar dan memberikan manfaat.
Usai rapat relawan yang diakhiri dengan makan kerang rebus bersama, saya dan Budita kembali ke hotel untuk beristirahat. Besok pagi-pagi akan melanjutkan perjalanan menuju Labuhan Batu dengan menggunakan kereta. Perjalanan yang bikin deg-degan lagi! Tunggu ceritanya di postingan berikut. Yang pasti di Labuhan Batu energi terkuras dan kekuatan badan diuji. Masih tangguhkah saya di usia kepala empat? :)
Medan 24-25 Juni 2015