Ketika awal booming social media, banyak yang menyangka bikin kampanye di social media bisa gratis, kan buka FB atau twitter gak perlu bayar. Paling cuma butuh koneksi internet. Atau kalau pun ada biaya bisa lebih murah. Hingga sekarang masih masih ada yang beranggapan begitu.
Sebenarnya bagaimana sih menggunakan social media untuk bisnis atau lembaga? Benarkah gratis? Untuk membuka account FB, twitter atau social media lainnya memang gratis, ada beberapa yang bayar dengan service premium. Yang dibutuhkan hanyalah koneksi internet. Jadi biaya yang timbul adalah biaya langganan data baik untuk komputer/laptop maupun smartphone/tablet.
Kalau bisnis/kegiatan kecil dan dijalankan sendiri, memang cukup dengan fasilitas social media yang gratisan, yang diperlukan adalah konten yang diposting secara kontinyu. Tetapi jika kita ingin konten yang menarik, minimal kita perlu memproduksi foto atau gambar yang bagus. Bisa saja mengambil konten visual gratisan yang banyak beredar di online, tetapi acount kita tidak mempunyai nilai lebih dan sama saja dengan yang lain. Bisa jadi visual yang kita gunakan, sudah digunakan berkali-kali oleh yang lain.Untuk monitor aktivitas di online, bisa menggunakan alat monitor gratisan, walaupun data yang dihasilkan sangat sederhana. Mungkin itu sudah cukup untuk sebuah bisnis atau kegiatan kecil.
Konsep yang sama juga berlaku untuk bisnis/lembaga yang lebih besar. Tetapi karena yang kita usung adalah brand besar, maka tidak bisa dijalankan seperti brand kecil. Pertama kita butuh admin yang harus menjalankan dan mengawasi secara terus menerus. Merespon pertanyaan, keluhan, dan usulan dari para fans dan follower dibutuhkan konsentrasi yang tinggi. Kemudian soal konten. Karena kita membawa brand yang besar maka konten tidak bisa ala kadarnya. Butuh tim kreatif untuk menyediakan konten secara terus menerus baik secara teks, visual maupun video. Dan kontennya harus unik agar bisa menarik perhatian diantara jutaan konten yang diposting tiap hari.
Selain itu, hadirnya brand di social media bukan hanya menyebarkan informasi atau promosi, tetapi penting juga mendengar apa yang orang bicarakan di online tentang brand kita dan apa yang dilakukan oleh kompetitor. Untuk mendengarkan diperlukan alat khusus, semakin besar brand semakin besar datanya sehingga alat monitoring yang dibutuhkan semakin kompleks. Alat monitoring gratisan biasanya tidak cukup. Perlu data yang komprehensif sehingga bisa digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang tepat untuk perusahaan/lembaga.
Belum lagi soal strategi yang harus disusun. Kita tidak bisa sekedar masuk dan mengikuti arus, diperlukan strategi khusus yang disusun sesuai dengan tujuan dan kebutuhan brand masuk di online. Strategi disusun minimal setahun ke depan yang kemudian di breakdown menjadi strategi bulanan, mingguan dan harian. Karena sifat online yang dinamis, maka sangat mungkin ditengah jalan ada perubahan atau pun penyesuaian strategi.
Jadi bukan hal yang simpel dan butuh man hour yang cukup banyak. Menurut saya kampanye di online ini padat karya. Banyak orang yang terlibat : admin, content writer, copy writer, design visual, video maker, strategist. Belum lagi jika dalam strategi kampanye dibutuhkan website atau aplikasi, maka perlu developer website & developer aplikasi untuk social media. Ketika masuk ke mobile, berarti dibutuhkan juga developer mobile dengan berbagai platform : iOS, android atau windows phone.
Jika perusahaan/lembaga besar maka data yang dihasilkan cukup besar, sehingga perlu orang khusus untuk melakukan monitoring dan analisis. Data hasil monitoring diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan laporan yang bisa dipertanggungjawabkan dan mudah dipahami oleh orang awan. Laporan itu bisa juga digunakan untuk menyusun strategi berkampanye di social media secara tepat. Benar-benar sebuah kerja yang melibatkan banyak orang dan berbeda talenta, di mana satu dengan yang lain tidak bisa dirangkap begitu saja.
Jika iklan di TV cukup produksi sekali, kemudian tayang berulang-ulang, lain dengan di social media. Kita harus memproduksi konten untuk social media setiap hari dan jumlahnya bisa 4-5 konten per hari bahkan lebih. Setiap channel social media mempunyai konten yang berbeda disesuaikan karakter masing-masing. sebagai contoh, konten di FB berbeda dengan di twitter. Untuk menarik massa di social media masih diperlukan advertising seperti FB ads, Google ads, dll. Untuk materi iklan di social media biasanya diproduksi lebih dari satu supaya menarik dan tidak membosankan. Keterbatasan ukuran media placement membuat kita harus pintar mensiasati, bagaimana media sekecil itu bisa membuat visual dan copy writing yang jelas dan menarik.
Semoga sekarang sudah paham kenapa biaya di social media tidak murah. Walaupun yang saya tulis di atas tidak harus semua dikerjakan, tetapi idealnya semua lini dikerjakan dengan strategi dan kreativitas yang serius. Social media menjadi pasar tersendiri yang mempunyai dampak signifikan jadi perlu dipersiapkan dengan matang ketika terjun di dalamnya. Jutaan konten diposting setiap menitnya, sehingga kita harus pintar membuat konten dan kegiatan yang menarik.
Kita tidak bisa mengabaikan social media, karena berdasarkan data wearesocial.sg, pengguna internet di Indonesia tahun 2014 ini mencapai 72 juta dan 62 juta pengguna FB aktif. Dan ini akan terus berkembang, terbukti produser smartphone berbondong-bondong masuk ke Indonesia. Coba deh dicek, siapa yang punya pembantu rumah tangga tidak punya FB? Bahkan tukang sayur pun ada di twitter. Jangan takut dengan keribetan di social media yang penting paham dan tahu bagaimana menggunakannya. Lebih baik terjun di social media dan tahu dalamnya, karena semua brand dibicarakan di situ. Sehingga kita bisa megantisipasi hal negatif serta mempersiapkan strategi menghadapi perkembangan pasar. Dan jangan lupa konsumen kita juga ada di dalamnya yang perlu dijaga dan dirawat. Selamat bergabung di dunia baru yang bernama social media!
Good… good… simple but sure
Berpuluh tahun kerja di media cetak, baru sebulan ini saya tahu, memegang secara serius social media content sebuah brand ternyata gak kalah ribet dibandingkan bikin majalah. dalam beberapa hal tertentu malah lebih berat. TFS. :)
waaaaw terimakasih bersedia datang dam membaca “rumahku” mba Bril :’)