CYMERA_20141109_080847

Minggu lalu, saya berkesempatan sharing di kelas @akberJogja. Karena kota kampus, dan banyak mahasiswa maka saya kepikir untuk membawakan materi tentang “Berkarir di Social Media.” Kenapa membawa materi itu? Pertama karena semakin banyak perusahaan, lembaga maupun perorangan yang menggunakan social media untuk kepentingan bisnis, organisasi non-profit maupun politik. Itu berarti makin banyak kebutuhan karyawan yang paham dan mau bekerja di bidang tersebut. Kedua, sebagai kota mahasiswa pasti banyak yang sedang menyusun langkah karirnya, siapa tahu setelah mendengar materi dari saya punya ketertarikan dan makin banyak pilihan karir untuk mereka.

Pekerjaan saya sebagai social media strategist dan digital community development adalah pekerjaan yang muncul 5 tahun belakangan ini. Sebelumnya tidak ada profesi tersebut. Industri digital yang berkembang dengan pesat, membuat kebutuhan akan tenaga ahli semakin banyak. Bukan hanya dari sisi social media saja tetapi juga kreatif, developer, content production, SEO, SEM, dan masih banyak lagi. Saat ini industri di dunia digital, terutama di Indonesia belum terbentuk secara matang, masih banyak yang harus dibenahi. Untuk itu diperlukan tenaga kerja yang mumpuni serta lingkungan bisnis yang sehat. Walaupun saat ini banyak tools dan service yang semata-mata mengejar uang tanpa berpikir jangka panjang, tetapi saya tetap optimis  industri digital akan menemukan bentuknya dan menjadi besar. Proses seleksi alam akan terjadi, yaitu mereka yang bekerja dengan benar dan membangun industri jangka panjang akan terus bertahan, sebaliknya yang sekedar mengejar keuntungan tanpa memperdulikan keberlangsungan industri pelan-pelan akan mati.

Di bidang social media, ada berbagai pilihan pekerjaan. Sampai saat ini belum ada penamaan posisi yang seragam, masing-masing bisnis atau lembaga seringkali memberi nama yang berbeda dari sebuah posisi dan tanggung jawab yang sama. Walaupun penamaan jabatannya sangat beragam, menurut pendapat saya ada 6 bidang di social media berdasarkan fungsinya, yaitu :

  • social media strategist, tugasnya membuat strategi kampanye/komunikasi secara keseluruhan dalam jangka waktu tertentu. Terkadang mereka jadi leader dalam satu project
  • social media administratif, yaitu yang mengelola akun social media sehari-hari, terkadang langsung membuat konten dan laporan sederhana
  • content management, bagian yang memikirkan dan membuat strategi content berdasarkan strategi besar untuk menjadi materi di semua kanal. Content bisa berupa teks, visual (foto), video, suara, link, games dll.
  • social media analist, mereka yang bertugas mengumpulkan data yang diperlukan untuk kemudian dibuat analisa sebagai dasar menentukan kebijakan, strategi, target audience, monitoring dan evaluasi.
  • Community manager, tugasnya adalah mengelola para fans, follower, clicker untuk bisa menjadi target audience yang loyal dan menjalin komunikasi dengan baik sehingga bisa mendukung brand/lembaga/organisasi secara terus menerus. Mereka harus bisa menemukan target audience yang tepat dan melakukan pendekatan sehingga terjalin komunikasi yang baik dan saling mendukung. Memilih buzzer & influencer yang tepat sesuai target market dan membangun hubungan yang baik. Karena ada budaya kopdar (kopi darat) maka seorang Community Manager harus bisa mengelola event offline juga.
  • Social media placement, mereka bertugas untuk melakukan pembelian/bidding iklan di berbagai social media platform. Memilih channel, target, dan waktu yang tepat disesuaikan dengan dana yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan/lembaga

Tidak semua perusahaan/bisnis memiliki formasi lengkap seperti di atas, ada beberapa yang dikerjakan melalui agency lain atau outsourcing. Tetapi ada juga perusahaan yang memecah lagi menjadi bagian yang lebih spesifik sehingga lebih dari 6 bagian. Biasanya perusahaannya cukup besar atau jika agency dia memegang brand yang besar atau banyak. Tentu saja budget ikut menentukan kebutuhan staf dan posisinya. Ada beberapa bagian yang bisa dirangkap ada yang justru butuh banyak orang untuk satu bagian. Hal itu sepenuhnya tergantung skala bisnis/organisasinya.

Lalu dimanakah tempat belajarnya? Butuh lulusan dengan latar belakang pendidikan seperti apa? Sampai saat ini saya belum menemukan lembaga pendidikan formal yang secara khusus ada jurusan social media, yang ada adalah tempat kursus atau training pendek. Berita gembiranya adalah tidak mensyaratkan latar belakang pendidikan. Justru syarat utamanya adalah, dan mungkin di bidang lain tidak begitu, yaitu harus menyukai dan memiliki minat yang tinggi atas dunia digital. Kenapa? Secara pekerjaan agak berbeda kulturnya. Waktunya tidak menentu, ritmenya sangat cepat, perubahan seringkali terjadi dan selalu ada hal baru yang harus dipelajari. Untuk itu membutuhkan kemampuan adaptasi yang tinggi sekaligus bisa menikmati dinamikanya. Kalau tidak punya minat yang besar, akan mudah kelelahan, cepat bosan dan terlambat mengikuti perubahan.

Karena lingkungan industrinya belum terbentuk, maka belum ada standar gaji yang jelas. Satu posisi bisa mendapatkan gaji sangat tinggi dan bisa juga biasa saja atau rendah. Pintar-pintarlah mencari informasi, kantor mana yang memberikan benefit terbaik. Tetapi jangan dilupakan faktor bahwa kantor harus menjadi tempat belajar yang baik. Karena kunci keberhasilan karir di dunia digital adalah punya kemauan untuk terus belajar.

Ada bagian lain di social media, walaupun banyak orang menyebut ini bukan profesi ( hanya kerja sambilan) yaitu menjadi buzzer, influencer atau KOL (Key Opinion Leader). Mereka menjadi corong di social media untuk mensosialisasikan program/brand tertentu. Ada yang berfungsi seperti layaknya Brand Ambasador dengan membangun engagement bersama target audience atau sekedar pembuat keramaian di online ( buzz). Tarif mereka belum ada ukuran standar, masing-masing menentukan sendiri atau sesuai kesepakatan dengan pengguna jasanya. Biasanya mempunyai follower/fans dalam jumlah yang besar atau mempunyai pengarus signifikan di online. Para buzzer atau influencer bertugas bukan hanya di twitter tetapi juga di Facebook, Instagram, Youtube dll. Ada juga paid blogger, yaitu mereka yang memiliki blog dan bersedia membuat tulisan tentang program/brand tertentu dan menerima bayaran. Blogger dibagi sesuai tema tulisan, ada yang khusus travel, kuliner, fotografi, parenting, sosial, otomotif dsb.

Jadi ada banyak kan peluang di industri digital? Belum lagi kalau bicara e-commerce dan start up. Untuk social media saja ada berbagai pilihan profesi dan pekerjaan. Silakan dipilih mana yang sesuai. Bukan berarti  semua harus berkarir di industri digital. Kita tetap masih butuh engineer, keuangan, saudagar pasar dan pekerjaan offline lainnya. Yang penting pekerjaan bukan sekedar mencari uang, tetapi jadi tempat berkarya dan memberikan nilai lebih, untuk diri sendiri, perusahaan dan lingkungan.

Selamat berkarya!

 

9 Replies to “Social Media IDOL”

  1. Makasih Mba Ai buat pencerahannya, saya jadi tahu gambaran kerjanya social media expert seperti apa. Mbak boleh bagi tips buat rajin nulis… sepertinya kok saya punya bahan buat ditulis, tapi jarang terealisasi :(

  2. makasih Afif udah baca, kalau tips nya ya tulis aja yang ada di kepala gak usah mikir harus bagus. Konon tulis sampai selesai baru diedit, jangan sambil ngedit bakal gak kelar-kelar. Ambil waktu khusus duduk depan komputer, tulis deh. Jangan beranjak kalo belum selesai. Good luck!

  3. Terimakasih mba Ainun, materinya luar biasa sangat bagus. membangun kepekaan pada setiap individu untuk sadar akan banyaknya peluang lapangan kerja yang dipengaruhi oleh kemajuan teknologi.,, selalu menunggu materi terbaru lagi dari mba Ainun.. :)

  4. wah jadi lebih mengerti detail dan seluk beluk profesi di dunia digital. saya sih percaya kedepan akan makin banyak peluang di dunia digital, mengingat perkembangan internet di indonesia cukup bagus :)

  5. Terima kasih, Mbak. Sekarang saya mantap ngejelasin ke orang yang tanya ke saya, “Kamu kerja apa?”. Begitu, Mbak. :)

Tinggalkan Balasan