Single mom berdaya
Menjadi orangtua tunggal, atau single mom tantangan sungguh sangat besar. Di luar stigma negatif yang sering disematkan kepada janda, seperti yang baru-baru ini rame di kampanye pilkada DKI, ada berbagai persoalan seperti pengasuhan anak, pengaturan waktu dan keuangan. Dari semua persoalan yang ada, masalah keuangan lebih sering muncul jadi permasalahan utama. Konon katanya finansial adalah tiang keluarga, bisa mengganggu seluruh operasional rumah tangga.
Sebagai single mom, salah satu bagian penting sudah aku lalui yaitu menyekolahkan anak hingga ke perguruan tinggi. Alhamdulillah anakku sudah lulus dengan predikat cum laude dari ITB. Kampus yang dia cita-citakan semenjak duduk di bangku SMP. Dari TK hingga SMA, anakku masuk ke sekolah swasta dengan biaya yang lumayan besar untuk janda yang tidak menjadi karyawan tetap. Di perguruan tinggi masuk kampus negeri tetapi biayanya pun tidak kalah heboh. Apapun aku usahakan agar bisa memberikan pendidikan terbaik buat anakku. Lalu bagaimana caranya sehingga bisa membiayai semuanya? Nah aku akan berbagi cerita bagaimana mengelola keuangan agar bisa mencapai itu semua.
Belajar investasi reksadana
Ketika anak belum masuk TK, aku sudah mempersiapkan asuransi pendidikan dengan harapan ketika nanti masuk SD hingga perguruan tinggi tidak perlu jungir balik menyiapkan biayanya. Tetapi baru satu tahun berjalan, aku mencoba mereviu uang pertanggungan yang bakal cair ketika anakku masuk SD dengan biayanya kala itu. Ternyata kurang jauh. Ladalaaah..! Panik aku. Aku pun mencoba mencari jalan lain dan mulai mencoba belajar tentang investasi. Awal mula aku belajar tentang reksadana. Selain membaca juga ikut seminar, training dan belajar sama yang ahli. Akhirnya aku pun memberanikan diri menutup asuransiku, dan menarik dana yang tidak seberapa untuk dipindahkan ke reksadana. Bismillah.
Kalian tau kan kalau reksadana itu ada 4 kategori :
- reksadana pasar uang
- reksadana pendapatan tetap
- reksadana campuran
- reksadana saham
Selain keempat di atas, ada jenis reksadana khusus yang terproteksi dan terstuktur. Tetapi yang umum adalah 4 jenis di atas. Penting untuk tahu jenis-jenis reksadana tersebut karena masing-masing memberikan potensi keuntungan dan risiko yang berbeda. Hukum investasi adalah makin besar risikonya maka makin besar pula peluang keuntungannya. Reksadana pasar uang paling kecil potensi untungnya tetapi juga minim risiko. Reksadana pendapatan tetap risiko dan hasilnya lebih tinggi dari pasar uang. Kalau reksadana saham adalah investasi dengan risiko dan hasil paling tinggi, maka kalau campuran ini gabungan antara saham dan pendapatan tetap. Lalu sebaiknya kita memilih yang mana?
Semua investasi ada risiko, pahami
Nah, ini yang perlu kita ketahui dan pahami. Setiap akan membuka akun untuk investasi, kita harus mengisi kuisioner yang akan membantu menentukan profil risiko diri. Jadi kuisionernya harus diisi dengan lengkap dan jujur ya, supaya tepat nih profilnya. Dari hasil profiling tersebut, kita akan disarankan investasi mana yang sesuai. Karena profil risikoku moderat, alias tengah-tengah maka aku memilih reksadana campuran. Walaupun sempat sebagian aku beliin reksadana saham. Mencoba sambil deg-degan hahaha… Tetapi aku sadar bahwa semua ada risiko atas pilihan investasiku. Jadi tetap siap kalau merugi.
Lalu gimana kalau merugi? Reksadana ini sebaiknya memang untuk investasi jangka menengah dan panjang, sehingga potensi kerugiannya lebih kecil. Aku memecah investasi untuk biaya masuk SD, SMP, SMA dengan membeli beberapa reksadana campuran dan saham. Ketika akan memilih produk reksadana, aku membaca laporan yang diterbitkan dan beberapa berita terkait ekonomi dan keuangan secara umum. Aku juga gak paham-paham amat laporan keuangan secara detil, hanya membaca grafik performa dari produk tersebut. Reksadana untuk masuk SD kurang lebih aku siapkan 2 tahun sebelumnya dan untuk SMP dan SMA cukup panjang sekitar 5 tahun. Jadi ketika anak belum TK aku beli reksadana untuk persiapan masuk SD, ketika anak SD aku beli reksadana untuk masuk SMP dan SMA yang aku pecah dalam beberapa produk reksadana. Setiap bulan aku sisihkan dana untuk menambah dana di produk yang sudah aku pilih dan aku tidak ngecek setiap hari angka investasi atau disebut NAB (Nilai Aktiva Bersih). Karena jangka menengah dan panjang memang tidak perlu ngecek setiap hari, nanti malah jantungan. Kecuali jika memantau untuk menyiapkan strategi silakan, asal jangan mudah parnoan ya. Karena itu akan mengganggu diri sendiri.
Alhamdulillah biaya masuk SD, SMP dan SMA, yang semuanya swasta seperti aku ceritakan di atas, bisa terpenuhi dari reksadana tersebut bahkan masih ada sisa. Lalu masuk perguruan tinggi bagaimana? Khusus untuk perguruan tinggi, karena akan ada biaya kost, aku menyiapkan untuk seluruh semester hingga lulus. Ketika anak menginjak kelas 9 SMP, aku menyiapkan dana selain untuk masuk SMA juga perguruan tinggi yang aku cicil setiap bulan beli reksadana. Aku menghitung biaya kuliah sampai lulus anak plus perkiraan kenaikannya. Sehingga ketika anak kuliah, aku tinggal membayar biaya hidup bulanan termasuk uang kost. Sesuai perhitungan, uang kuliah anakku sudah tersedia di reksadana ketika dicairkan bahkan melebihi kebutuhannya. Sehingga aku masih punya dana cadangan jika ada kebutuhan lain atau jika ternyata anak tidak diterima di kampus yang diinginkan. Aku bersyukur anakku cukup gigih sehingga dia berhasil masuk kampus sesuai harapan. Selanjutnya tinggal mengatur gajiku untuk biaya hidupku dan anakku di kota lain.
3 tips penting untuk perempuan
Dari cerita di atas sepertinya kondisi keuanganku mulus-mulus saja ya. Tentu tidak, Marimar! Penghasilanku tidak menentu, kadang banyak, kadang cukup, dan pernah juga kurang. Lalu bagaimana ngaturnya? Pertama, disiplin menyisihkan uang untuk reksadana berapa pun jumlahnya. Kedua mengorbankan hal-hal yang masih bisa aku lakukan, salah satunya aku menunda beli rumah dan mobil, lebih mementingkan pendidikan anak. Aku cukup dengan kontrak rumah yang dekat dengan sekolah anak. Sehingga transpor sekolah anak bisa ngirit. Jadi setiap anak sekolahnya pindah, rumah kami pun ikut pindah. Aku gak pernah beli barang-barang pake nyicil. Kalau butuh sesuatu yang kumpulkan dulu duitnya, baru beli. Aku fokus sama penyiapan biaya sekolah anak dan gak ribet sama KPR atau cicilan lain. Justru hal ini yang sesungguhnya butuh tekad dan disiplin serta tahan godaan. Tidak mudah memang. Tetapi semua memang perlu perjuangan dan pengorbanan, apapun itu.
Begitulah perjalananku mengelola keuangan keluarga. Ada 3 tips paling penting:
- selalu sisihkan uang, berapa pun untuk ditabung dan diivestasikan
- belajar, belajar dan belajar tentang investasi. Gak cuma reksadana, banyak macamnya. Jangan malu kalau gak tau, carilah informasi dan pelajari.
- Fokus pada tujuan sendiri gak usah tengok-tengok keluarga lain. Setiap orang punya rejeki dan linimasanya sendiri-sendiri. Gak usah membandingkan dengan teman dan keluarga lain. Contohnya aku baru punya rumah sendiri di usia 50 tahun dan gak punya mobil,di saat teman-temanku sudah punya rumah dan mobil bahkan lebih dari satu. Nggak papa banget dan aku baik-baik saja.
Buat para perempuan, terutama single mom mari kita melek finansial. Pelajari berbagai instrumen investasi karena menabung saja tidak cukup. Dan gak harus menunggu kaya dan uang banyak untuk investasi. Nanti aku ceritakan di postingan berikutnya, bagaimana aku bisa beli rumah cash dengan investasi di saham. Mari berdaya bersama, jadi perempuan yang melek teknologi dan finansial. Cuss!