Sebagai seorang ibu, pastinya saya sering bergaul dengan ibu-ibu lain entah dalam arisan, pertemuan orangtua murid atau teman-teman yang sudah sama-sama jadi ibu. Obrolan bisa berbagai macam dari gossip artis, politik, kenaikan harga, pembantu, urusan sekolah anak hingga online shop. Seringkali dalam obrolan saya menyisipkan bahan pembicaraan tentang social media. Jujur karena itu menjadi perhatian saya sebagai pekerja digital yang setiap hari berhadapan dengan segala hal terkait social media. Banyak kasus-kasus kekerasan, bullying, seksual dan pemerasaan terjadi di social media. Tetapi masih banyak orangtua yang tidak menyadari dan cenderung tidak peduli. Toh anaknya di social media hanya main-main. Begitulah pandangan yang seringkali saya dengar.

Tadi pagi saya melakukan kultwit (kuliah twit) mengenai Social Media parenting, sambil berharap kita mulai membuka mata dan mengubah paradigma tentang dunia online dan social media. Bukan lagi sekedar tempat main-main tetapi dunia baru yang sangat dekat dengan anak-anak kita. Supaya mudah, saya jabarkan poin-poin twit saya beserta penjelasannya:

 

1. Orangtua sadar bahwa ada kejahatan atau hal buruk di online tetapi tidak tergerak untuk belajar memahami. Cara yang dipilih untuk menjaga anaknya masih mengawasi secara fisik. Beberapa orangtua merasa cukup dengan melarang membuka akun social media. Yang kemudian terjadi, anak-anak diam-diam bikin akun entah dengan nama samaran atau profil meniru idolanya sehingga orangtua tidak tahu.

 

2. Anak-anak adalah digital native, mereka lahir ceprot langsung kenal dengan perangkat digital sehingga lebih mudah buat mereka belajar dan beradaptasi. Sedangkan orangtua adalah digital imigran, yang terbata-bata membaca kemajuan teknologi. Jadi bukan hal aneh anak lebih pinter dari orangtuanya.

 

3. Melarang anak menggunakan social media adalah sia-sia, kenapa? Karena setiap hari anak melihat atau pegang gejet. Social media adalah arena pergaulan di mana semua teman-temannya ada di sana bahkan obrolan di sekolah gak jauh-jauh dari internet. Berbagai permainan dan hiburan juga ada. Bagaimana mau memutuskan itu?

 

4. Daripada melarang, yang kemungkinan sia-sia kecuali memang anak gak punya minat sama sekali dengan teknologi, mendingan “main bareng” di social media. Apalagi jika orangtuanya pun pegang gejet tiap hari dan punya social media. Anak adalah peniru ulung dari orangtuanya.

 

5. Social media bukan hanya facebook, twitter, Instagram tetapi masih banyak yang lain seperti youtube, pinterest, path, ask.fm dan berbagai platform chatting yang juga jadi ajang bergaul dan berkomunikasi.

 

6. Orangtua perlu tau dasar-dasar social media, supaya nyambung ketika “main bareng” dengan anak. Sudah pasti orangtua kalah pinter dari anaknya kalau soal teknologi dan social media, tetapi orangtua punya pemahaman tentang dasar berkomunikasi di publik, bagaimana etika dan nilai-nilai keluarga, adab bergaul dan hal-hal lainnya terkait perilaku. Ajarilah anak tentang hal itu di social media, karena pada dasarnya bergaul di offline sama dengan di online.

 

7. Ajarkan pada anak bahwa social media adalah ranah publik, semua orang ada di situ: keluarga, teman, guru, orang baik, orang jahat dan orang asing

 

8. Ajari anak bagaimana menjaga diri sendiri di social media seperti menjaga diri di mall, sekolah, pasar, terminal dll. Karena analoginya sama, sebuah ranah publik tetapi menggunakan fasilitas internet.

 

9. Beritahu pada anak, dunia digital meninggalkan jejak yang sulit dihapus dan bakal menjadi catatan seumur hidup. Orang lain bisa mengenali kita melalui jejak tersebut dengan mudah.

 

10. Jejak di digital bisa membantu anak meraih cita-citanya dengan membangun reputasi dan karya tetapi sebaliknya juga bisa menghancurkan mimpi mereka ketika jejak yang dibangun buruk dan gak sepantasnya.

 

11. Ubah cara pandang kita, bahwa social media adalah main-main dan bersifat personal. Tetapi social media adalah sebuah wadah yang mempunyai pengaruh besar di kehidupan anak-anak dan bersifat publik.

 

12. Jangan merasa bahwa anak-anak kita baik-baik saja di rumah sibuk dengan laptop dan gejet yang terkoneksi dengan internet. Mereka sedang menjelajah dunia! Bahaya jika tidak ditemani atau diberi bekal berselancar di online.

 

13. Pergaulan jaman sekarang bukan hanya di sekolah, lingkungan rumah, mall tetapi juga di online dan social media serta berbagai aplikasi smartphone.

 

14. Kalau anak main di pasar harus ditemani, begitu juga ketika menjelajah di online. Di situ sama kayak di pasar bertemu banyak orang dan sebagian besar orang asing.

 

15. Jadi apakah internet berbahaya? Sama saja seperti pisau, semua ada baik dan buruk. Tergantung bagaimana kita menggunakannya.

 

16. Di online anak bisa belajar berekspresi dengan baik, membuat karya baik tulisan maupun visual. Banyak hal kreatif bisa dikembangkan seperti: membuat blog, foto, video, musik. Banyak juga aplikasi yang bisa membantu anak belajar dan mengembangkan bakat. Dengan berjejaring di social media mereka bisa berdiskusi, bertukar pikiran dan pengalaman tanpa batasan geografis.

 

17. Anak juga bisa belajar bergaul di social media, bagaimana berteman dengan sehat, bagaimana mengemukakan pendapat tanpa menyakiti orang lain, menjaga privacy dan batasan mana yang bisa dibagi mana yang harus disimpan sendiri. Intinya mereka bisa belajar berkomunikasi dengan baik dalam berbagai medium.

 

Demikian poin-poin yang tadi saya bagi di twitter, semoga bisa menjadi pembelajaran untuk kita semua. Teknologi bukan untuk dijauhi, tetapi bagaimana memanfaatkan dengan baik. Sebagai orangtua jangan malu untuk belajar dengan anak, toh kita bukan dewa. Dan jangan malas juga untuk belajar dengan dalih, “Duh, saya gaptek!” Tapi pegang Iphone 6 :)

 

Kita sebagai orangtua bisa menjaga dan merawat anak dengan baik, tetapi kita tidak bisa mengendalikan lingkungan di mana anak-anak akan masuk di dalamnya. Yang penting siapkan dan bekali anak sehingga dia bisa berbaur dengan lingkungan bukan dihancurkan oleh lingkungan.

 

6 Replies to “Social Media Parenting : Tempat Pergaulan Baru”

  1. Pasti susah dilarang. Jadi lebih baik manfaatkan sebagai media komunikasi dengan juniors.
    Sering2 saling berbagi info juga seputar berbagai hal yg merupakan common interests, seperti musik, film, bola dan juga pendidikan.
    Be their friends, not their watcher or stalker.
    Aku sih gitu, entah kalau kalian gimana?

Tinggalkan Balasan ke ganganBatalkan balasan